Taman Krucil Dibuka, Hadirkan Konsep TK Islamic Montessori dan Sekolah Alam

Selain itu TK ini juga mengajarkan anak-anak mengolah limbah organik dalam siklus kehidupan, dengan konsep sirkular sederhana. Mulai dari memelihara manggot, ayam, ikan.
“Mereka juga bawa bekal, ketika bekalnya tidak habis, itu akan diberikan ke manggot. Manggot yang besar akan diberikan untuk pakan ayam,” ujarnya.
Lebih lanjut, TK ini memiliki program cooking class (kelas memasak, red), sebagai ekstrakurikuler dari pembelajaran olah limbah organik.
“Dari ayam, kotorannya akan jadi pupuk. Nah, kemudian telur ayam itu akan dimasak pada saat pelaksanaan program cooking class. Jadi, sekuler mereka diajarkan. Riil, tidak ngawang-ngawang,” jelasnya.

Kualitas Jadi Prioritas
Berbeda dari kebanyakan TK yang identik dengan warna-warni mencolok. Taman Krucil justru menghadirkan ruang belajar dengan nuansa netral, pastel, dan sarana permainan berbahan alami dari kayu.
“Saya membaca salah satu literatur, bahwa warna yang terlalu mencolok dan ramai, justru akan mengganggu konsentrasi anak. Sehingga, kami berusaha membuat sekolah dengan tone warna netral dan kayu dengan finishing aman,” jelasnya.
Meski masih baru, Taman Krucil tidak menargetkan jumlah siswa yang besar. Untuk tahap awal, kapasitas hanya 20 siswa dengan komposisi seorang guru menangani maksimal tujuh anak.
“Kami khawatir jika terlalu banyak anak yang di-handle (tangani, red) guru, kualitas pembelajaran jadi tidak maksimal. Kita juga gamai over capacity (kelebihan kapasitas, red). Jenjang ini adalah pondasi anak, jadi harus benar-benar diperhatikan,” tegasnya.
Dengan konsep baru ini, Taman Krucil berharap bisa menjadi sarana untuk mengembalikan dunia anak pada hakikatnya. Yakni dunia bermain yang nyata, alami, dan penuh makna.
“Ini sarana untuk mengembalikan dunia anak-anak secara nyata dunia bermain anak. Itu yang kita harapkan dari adanya TK ini,” pungkasnya. (*)