Cerita Adik Korban Dugaan Pencekikan di Lombok Tengah: Kakak Saya Sempat Dikurung, Disiksa

Korban pernah mencoba kabur dari rumah, membawa koper dan ingin berpisah. Namun, pelaku langsung mencekik dan memeluk paksa sambil menangis meminta maaf.
“Begitu hendak keluar kamar, kakak saya langsung dipiting oleh dia. Lalu ia langsung minta maaf, ketika kakak saya hampir kehabisan oksigen dengan cara memeluk paksa kakak saya sambil menangis,” ujarnya.
Bukan Kejadian Pertama
Pola kekerasan ini berulang, diikuti dengan permintaan maaf dan sikap manis, lalu kembali menyiksa. Anak-anak korban pun mengalami trauma berat, setelah melihat langsung bagaimana ibunya dicekik dan dipelintir oleh ayah mereka sendiri.
“Saat itu mereka trauma, apalagi anak yang paling besar. Kedatangan papa mereka membuat mereka khawatir terhadap maminya. Mereka saling peluk, kedua anaknya menutup telinga mereka,” tuturnya.
Kakak, kata Yulistia, sempat berjuang keras demi anak-anaknya. BMPF berdagang dari kosmetik, balado gurita, mie kontainer, hingga nasi liwet bakar.
Hasil kerja kerasnya untuk membeli mobil, agar anak-anaknya tidak lagi dipandang rendah oleh keluarga suaminya. Meskipun terus mendapat perlakuan kejam, kakaknya tetap tersenyum, menyembunyikan luka batin demi anak-anaknya.
Melalui keterangan ini, Yulistia berharap publik berhenti menyudutkan korban dan mulai melihat penderitaan nyata yang kakaknya alami selama bertahun-tahun.
Ia ingin masyarakat tahu, cinta sejati tidak pernah menyakiti. Apa yang kakaknya alami bukan cinta, melainkan obsesi berbahaya dari seorang suami yang gagal menghargai istri.
“Ini obsesi. Perlu kalian lihat ini obsesi, bukan cinta. Obsesi tahu cara untuk memiliki dan mencintai tapi juga menyakiti,” tegasnya. (*)