INTERNASIONAL

Pidato Pep Guardiola Kecam Genosida di Gaza saat Terima Gelar Doktor Kehormatan: Itu Sangat Menyakitkan

Mataram (NTBSatu) – Manajer Manchester City, Josep “Pep” Guardiola mendapat gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Manchester, pada Senin, 9 Juni 2025.

Penghargaan ini atas dedikasi Pep selama sembilan tahun, melalui prestasi di dunia sepak bola maupun kontribusi sosial di luar lapangan.

Acara penghargaan berlangsung khidmat di Whitworth Hall dan menjadi sorotan publik. Bukan hanya karena prestasinya di dunia sepak bola, tetapi juga karena isi pidato menyentuhnya.

Dalam pidato penerimaannya, Pep Guardiola secara terbuka menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap krisis kemanusiaan di Gaza, Palestina.

IKLAN

Ia mengutuk tindakan militer Israel yang menyebabkan kematian ribuan warga sipil. Termasuk anak-anak, serta serangan terhadap rumah sakit yang menurutnya sudah tidak layak lagi menjadi tempat perawatan.

“Itu sangat menyakitkan apa yang kita lihat di Gaza, itu menyakiti seluruh tubuh saya,” ujar Guardiola.

Ia menegaskan bahwa pidatonya bukan berdasarkan ideologi politik, melainkan atas dasar kemanusiaan. “Biar saya jelaskan, ini bukan mengenai ideologi. Ini bukan tentang saya benar atau kamu salah,” tegasnya.

IKLAN

Guardiola mengatakan, penderitaan anak-anak di Gaza mengingatkannya pada anak-anaknya sendiri. Serta, bagaimana rasa takut itu hadir setiap pagi saat melihat wajah mereka.

“Maaf, tapi saat saya melihat anak-anak saya, Maria, Marius, dan Valentina. Ketika saya melihat (mereka) setiap pagi, sejak mimpi buruk itu dimulai pada bayi Gaza dan aku sangat takut,” ungkapnya dengan penuh prihatin.

Pilu Melihat Kondisi Gaza

Guardiola menggambarkan, betapa memilukannya melihat anak laki-laki dan perempuan berusia empat tahun menjadi korban pemboman atau terbunuh di rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat aman.

IKLAN

“Mungkin kita berpikir bahwa, kita melihat anak laki-laki dan perempuan berusia 4 tahun dibunuh oleh bom, atau dibunuh di rumah sakit yang sudah tak layak disebut rumah sakit,” ucapnya.

“Lalu berkata, itu bukan urusan kita. Kita bisa memikirkan bahwa itu bukan urusan kita, tapi hati-hati yang berikutnya bisa jadi urusan kita,” tambahnya.

Guardiola juga menyebut konflik lain yang mengganggu hatinya, seperti di Sudan dan Ukraina, dan menyerukan pentingnya solidaritas global.

Ia menekankan, dunia terlalu banyak diam melihat ketidakadilan yang terjadi dan saatnya bersuara demi kemanusiaan.

Pidato tersebut mendapatkan tepuk tangan panjang dari hadirin dan langsung menjadi perbincangan di berbagai platform media sosial. Banyak pihak memuji Guardiola atas keberaniannya mengangkat isu Palestina, di tengah acara resmi yang biasanya penuh formalitas.

Dengan gelar ini, Pep Guardiola bukan hanya dikenang sebagai pelatih legendaris Manchester City, tetapi juga sebagai sosok yang tak ragu berdiri membela nilai-nilai kemanusiaan di tengah krisis dunia. (*)

Berita Terkait

Back to top button