Mataram (NTBSatu) – Industri perhotelan di Kota Mataram tengah menghadapi tantangan serius, akibat kebijakan efisiensi anggaran yang diberlakukan di berbagai sektor.
Sekretaris Asosiasi Hotel Mataram (AHM), Rega Fajar Firdaus menyampaikan, kondisi ini telah memengaruhi stabilitas operasional sejumlah hotel. Bahkan, menyebabkan penurunan pendapatan secara signifikan pada triwulan I tahun 2025.
“Beberapa hotel mencatatkan pendapatan minus, sehingga untuk mempertahankan operasional, manajemen terpaksa melakukan rasionalisasi tenaga kerja. Banyak karyawan harian lepas (daily worker) yang terdampak,” ujarnya, Rabu, 10 Juni 2025.
Rega menjelaskan, penerapan sistem kerja saat ini bersifat fleksibel. Yakni, tenaga kerja hanya dibayar berdasarkan kehadiran, tanpa adanya jaminan penghasilan tetap.
Menurutnya, hal ini merupakan pilihan sulit demi menjaga kelangsungan operasional perusahaan.
Lebih lanjut, Rega menyoroti tingkat okupansi hotel di Kota Mataram mengalami penurunan drastis, mencapai 40 persen secara total.
Ia juga mengungkapkan, Mataram sangat bergantung pada kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Namun, dengan adanya pemangkasan anggaran baik di sektor pemerintahan maupun swasta, pelaksanaan event nasional maupun kunjungan bisnis mengalami penurunan signifikan.
Jika tren ini berlanjut hingga triwulan II, ia memperkirakan akan terjadi gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sejumlah hotel.
“Kondisi saat ini belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Jika tidak ada perbaikan, PHK sulit untuk dihindari,” tegasnya.
Kos-kosan Elite Jadi Tantangan Baru
Selain itu, Rega menyoroti munculnya kos-kosan elite yang kian menjamur di Kota Mataram. Ia menilai, fenomena ini turut mengganggu ekosistem industri perhotelan.
“Fasilitas kos-kosan elite semakin menyerupai hotel, namun dari sisi regulasi, perizinan, dan kewajiban perpajakan, mereka tidak tunduk pada aturan yang sama. Ini menimbulkan persaingan yang tidak sehat,” jelasnya.
Ia mendorong pemerintah daerah untuk menyusun regulasi yang dapat mengatur dan menertibkan operasional kos-kosan elite, agar tidak semakin mempersempit ruang gerak industri perhotelan yang sudah terpukul.
“Jika tidak segera diintervensi, kami khawatir sektor perhotelan akan mengalami stagnasi berkepanjangan. Saat ini, pelaku industri sudah merasa sangat tertekan,” pungkasnya. (*)