Oleh: Suaeb Qury – Komisioner Kelembagaan Komisi Informasi Provinsi NTB
Menjelang 100 hari kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur pasangan Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal dan Hj. Indah Dhamayanti Putri (Iqbal–Dinda) dalam menakhodai Provinsi Nusa Tenggara Barat, kita menyaksikan sebuah gelombang harapan baru yang berembus kuat ke seluruh penjuru wilayah ini. Mereka hadir bukan sekadar membawa perubahan dalam struktur pemerintahan, tetapi juga menawarkan konsep, semangat, dan metode kerja yang terukur untuk menjadikan NTB sebagai provinsi yang lebih maju, kompetitif, dan mendunia.
Salah satu gagasan menarik yang digaungkan dalam awal pemerintahan Iqbal–Dinda adalah pendekatan “Colaborasi” sebuah kombinasi makna dari “kolaborasi”, “inovasi”, dan “akselerasi”. Gagasan ini bukan hanya permainan kata, melainkan strategi pembangunan yang menjawab tantangan zaman. Di tengah dunia yang serba cepat, saling terhubung, dan penuh persaingan global, hanya daerah yang mampu menyinergikan potensi internal dan eksternal dengan cara kolaboratif, inovatif, dan cepatlah yang akan unggul.
100 Hari sebagai Fondasi
Jika ditelaah secara cermat, program prioritas yang dirumuskan dalam 100 hari pertama masa kerja Iqbal–Dinda menunjukkan arah yang jelas. Dari sisi penguatan pelayanan publik, pemberdayaan ekonomi masyarakat, pengembangan pariwisata, hingga peningkatan SDM, semuanya disusun secara rasional, realistis, dan menyentuh kebutuhan dasar masyarakat.
Langkah ini menunjukkan bahwa pasangan ini tidak larut dalam euforia kemenangan, tetapi segera bekerja, menyusun langkah-langkah konkret untuk membangun fondasi kuat menuju NTB yang maju dan berdaya saing global. Mereka tidak menunggu waktu ideal, karena mereka tahu: rakyat tidak menunggu janji, rakyat menunggu aksi.
Colaborasi Paradigma Baru
Colaborasi bukan hanya jargon, tetapi filosofi kerja. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor: pemerintah, swasta, akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemuda harus berjalan bersama dalam satu irama. Tidak ada pembangunan yang berhasil jika dijalankan secara eksklusif. NTB memerlukan kekuatan kolektif.
Lalu, inovasi. Dalam dunia yang terus berubah, hanya daerah yang berpikir out of the box yang akan mampu bersaing. NTB harus berani mendobrak kebiasaan lama, menantang zona nyaman birokrasi, dan membuka ruang kreasi sebesar-besarnya, terutama kepada generasi muda.
Dan tentu saja, akselerasi. Perubahan harus cepat, tetapi tetap tepat. Akselerasi pembangunan berarti menghindari proses yang lamban, birokratis, dan kaku. Ini menuntut pimpinan yang cekatan, sistem yang lincah, dan aparatur yang siap berubah.
Mewujudkan NTB Mendunia
Gagasan NTB mendunia bukan mimpi kosong. Kita punya kekayaan alam, budaya, dan spiritualitas yang luar biasa. Pariwisata NTB sudah diakui dunia, tinggal bagaimana membangun sistem pendukung yang kuat mulai dari infrastruktur, SDM, hingga keamanan dan kenyamanan wisatawan.
Colaborasi harus menjadi alat untuk mengantarkan NTB ke panggung dunia, bukan hanya dalam aspek pariwisata, tetapi juga dalam ekonomi kreatif, industri halal, pendidikan, dan dakwah keislaman yang damai dan moderat.
Sebagai bagian dari Nahdlatul Ulama, saya memandang konsep Colabolasi ini sangat sejalan dengan prinsip tasamuh (toleransi), tawazun (keseimbangan), dan ta’awun (kerjasama) yang menjadi dasar gerakan NU. Muhammadiyah dan NW menjadi satu dari banyak ciri kepemimpinan Iqbal–Dinda yang perlu dukungan oleh semua elemen.Dan keluatan tiga ormas yang ada di NTB menjadi spirit keumatan yang rahmatan lil alamin.Membangun kolaborasi dengan tiga ormas ini sama halnya dengan mengurus umat dengan tujuan dan fokus pada dunia pendudikan,kesehatan dan penguatan ekonomi umat.
Memastikan koneksitas dan kerjasama diberbagai bidang yang diawali dengan rencana pembangunan jalan tol lembar kayangan,kunjungan visita yang terkonekting dengan target 1juta wisata pertahun serta mempermudah akses bagi petani dan peternak,itu salah pondasi awal untuk untuk makmur dan mendunia.
Mari kita sambut paradigma baru ini dengan semangat optimisme dan keterlibatan aktif. Colaborasi bukan hanya milik pemimpin, tapi milik kita semua. Dengan semangat kolaborasi, inovasi, dan akselerasi, kita wujudkan NTB yang maju, berdaya, dan mendunia. (*)