Mataram (NTBSatu) – Gagasan kontroversial Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengirim pelajar bermasalah ke barak militer rupanya menggugah perhatian.
Di Kota Mataram, DPRD mulai melirik pendekatan ini sebagai alternatif serius menghadapi maraknya kenakalan remaja. Mulai dari geng motor, tawuran antar pelajar, hingga balap liar.
Anggota Komisi IV DPRD Kota Mataram, Herman menilai pendekatan semi militer ala Jawa Barat patut pemerintah pertimbangkan.
“Ini bukan militerisasi pendidikan. Ini soal pembentukan karakter lewat disiplin tinggi. Guru tetap terlibat. Tapi kita butuh sistem pembinaan yang lebih tegas,” ucapnya, Selasa, 6 Mei 2025.
Di Jawa Barat, program ini terbilang cukup ekstrem. Anak-anak yang dicap ‘sulit diatur’ dari kecanduan gim, merokok, hingga terlibat tawuran, dikumpulkan dan dikirim ke barak militer untuk menjalani pelatihan karakter selama dua pekan.
Herman melihat pendekatan serupa bisa Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram adopsi dengan penyesuaian budaya dan karakter lokal.
Menurutnya, di tengah derasnya arus urbanisasi dan pergeseran nilai di kalangan remaja, model pendidikan karakter yang biasa saja tidak lagi cukup.
“Bukan semua anak yang masuk ke barak. Hanya mereka yang memang membutuhkan intervensi serius. Ini bentuk penyelamatan generasi muda, bukan hukuman,” tambahnya.
DPRD mendorong Pemkot Mataram untuk mulai mengkaji konsep ini lebih dalam. “Bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk membangkitkan kembali disiplin dan tanggung jawab di kalangan pelajar,” pungkas Herman. (*)