Mataram (NTBSatu) – Kompas TV resmi menghentikan penayangan “Kompas Sport Pagi” pada Rabu, 30 April 2025, setelah hadir selama hampir 12 tahun di layar kaca.
Program olahraga yang menjadi rutinitas pagi pemirsa ini pertama kali mengudara pada 2013 dan konsisten menyajikan informasi olahraga nasional hingga internasional secara informatif dan inspiratif.
Presenter Githa Nila Maharkesri menyampaikan kabar perpisahan tersebut dalam siaran terakhirnya.
“Tak terasa, inilah akhir perjalanan panjang Kompas Sport Pagi selama hampir 12 tahun menemani masyarakat,” ujar Githa dalam tayangan mengutip akun TikTok @INDOTVTrends, Kamis, 1 Mei 2025.
Publik langsung menyoroti keputusan ini dan mengaitkannya dengan gelombang efisiensi besar-besaran di tubuh Kompas TV.
Banyak pihak menduga penghentian program ini turut memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal di lingkungan stasiun televisi tersebut.
Dugaan ini semakin menguat seiring tren PHK yang tengah melanda sejumlah media nasional lain. Akibat tekanan keuangan dan peralihan konsumsi media ke platform digital.
Memuat Berita dan Fakta
Kompas TV, yang bernaung di bawah PT Cipta Megaswara Televisi, merupakan jaringan televisi swasta nasional milik KG Media, anak usaha Kompas Gramedia.
Sejak berdiri pada 9 September 2011, Kompas TV bertransformasi dari penyedia konten hiburan menjadi saluran berita yang mengusung slogan “Independen | Terpercaya”.
Perubahan signifikan terjadi pada 2016 saat mengubah seluruh fokus acaranya menjadi berita dan fakta.
Logo berwarna-warni yang menggambarkan semangat Bhinneka Tunggal Ika akhirnya digantikan pada 19 Oktober 2017 oleh desain lebih sederhana. Yang mana menekankan kredibilitas dan integritas jurnalistik.
Saat ini, Kompas TV lebih banyak menyajikan tayangan berita yang hadir pagi, siang, hingga malam hari.
Meski mengedepankan konten faktual, stasiun ini juga tetap mempertahankan program hiburan seperti Stand Up Comedy Indonesia dan Kata Kita.
Dengan berhentinya Kompas Sport Pagi, publik menanti kejelasan dari pihak Kompas TV terkait nasib karyawan dan arah program ke depan.
Di tengah dinamika industri media yang makin kompetitif, langkah ini mencerminkan tantangan besar yang kini harus media konvensional hadapi. (*)