Kabupaten Bima

Temuan BPDAS Pemicu Banjir Bandang Wera Bima: 49 Persen DTA Ditanami Jagung

Mataram (NTBSatu)Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Dodokan Moyosari merilis laporan penyebab banjir Bandang di Desa Nanga Wera, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima pada Minggu, 2 Februari 2025 kemarin.

Dalam laporan yang NTBSatu terima Senin, 3 Februari 2025, terdapat tiga penyebab. Salah satunya, curah hujah tinggi dengan insentitas rata-rata mencapai 20 mm/jam dengan akumulasi 46,4 mm/jam.

“Sehingga menyebabkan debit air di DAS Nanga Wera mencapai 223.23 m3/det, yang membuat puncak limpasan melebihi kapasitas tampung 48.98 m3/det,” tulis BPDAS Dodokan Moyosari.

Selain itu, penyabab lainnya akibat tutupan lahan terbuka yang didominasi oleh pertanian lahan kering, seperti Jagung. Jumlahnya sekitar 49 persen dari luas Daerah Tangkapan Air (DTA).

“Sedangkan lahan berhutan sekitar 19 persen dari luas DTA,” jelasnya.

IKLAN

Terakhir, yang menjadi penyebab banjir bandang, yakni lokasi terdampak merupakan daerah dengan kondisi tingkat lereng tinggi.

“Sehingga menyebabkan laju run off sangat tinggi,” tambahnya.

BPDAS Dodokan Moyosari menyarankan, agar dilakukan penambahan tutupan lahan dan penerapan konservasi tanah air pada lahan pertanian di hulu DAS.

“Rehabilitasi lahan vegetatif dan sipil teknis dengan penerapan bangunan konservasi tanah dan air (dam penahan, teras, gulley plug, rorak dll) pada daerah hulu. Normalisasi, pengerukan sungai dan pembersihan dari sampah pada daerah hilir,” ujarnya.

Selanjutnya, melakukan rehabilitasi lahan dengan penerapan bangunan konservasi tanah dan air (sumur resapan, biopori, dan sebagainya). Perbaikan dan pembersihan sistem drainase.

Kemudian, melaksanan kampanye/penyuluhan dan kegiatan sungai bersih. Tujuannya, untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta seluruh masyarakat dalam mengurangi potensi dan risiko banjir.

“Identifikasi potensi bendungan alami akibat longsor alur sungai,” tutup laporan tersebut.

Akses Jalan Lumpuh Total

Adapun dampak paling parah dari banjir bandang tersebut, akses menuju Kecamatan Wera, Kabupaten Bima lumpuh total.

Masing-masing jembatan Tololai di Desa Mawu dan jembatan Ujung Kalate Desa Nipa, Kecamatan Ambalawi mengalami rusak berat akibat banjir.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bima, Nurul Huda membenarkan kedua jembatan utama tersebut putus. Yaitu, Jembatan Ujung Kalate di Desa Nipa dan Jembatan Tololai di Desa Mawu. Akibatnya, lalu lintas di wilayah tersebut lumpuh total.

Saat ini warga kesulitan untuk bepergian karena akses jalan terputus. Begitu juga proses evakuasi, tim gabungan kesulitan tembus ke titik terparah banjir.

“Bantuan dan proses evakuasi pun terkendala akibat jembatan yang rusak,” ujarnya.

Selain korban jiwa dan rumah yang hanyut, banjir juga menyebabkan kerusakan besar bagi sektor pertanian.

“Puluhan unit hand tractors milik petani ikut tersapu banjir. Sementara itu, sawah yang seharusnya segera dipanen kini rusak total,” ungkap Nurul Huda.

Banjir juga menyebabkan puluhan hektare sawah berubah menjadi aliran sungai baru. Sehingga tanaman padi yang siap panen ikut hanyut dan tidak bisa selamat.

“Kerugian di sektor pertanian masih dalam proses pendataan. Namun, perkiraannya mencapai miliaran rupiah,” tambahnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button