
Mataram (NTBSatu) – Provinsi NTB, masuk dalam daftar 10 provinsi penghasil beras terbesar di Indonesia sepanjang 2024. Dengan produksi mencapai 0,8 juta ton, NTB menempati peringkat ke-10 berdasarkan data GoodStats.
Sementara posisi pertama, yakni Provinsi Jawa Timur dengan produksi mencapai 5,4 juta ton. Menyusul Jawa Tengah dengan 5,1 juta ton pada posisi kedua dan Jawa Barat 5 juta ton.
Tiga provinsi tersebut menyumbang 50,4 persen dari total produksi beras nasional, yang mencapai 30,6 juta ton sepanjang tahun 2024.
Sulawesi Selatan (Sulsel) menempati peringkat keempat dengan 2,8 juta ton, sementara Sumatera Selatan (Sumsel) berada di posisi kelima dengan 1,7 juta ton.
Provinsi Lampung, Sumatera Utara (Sumut), Aceh, dan Banten juga masuk dalam daftar. Dengan produksi masing-masing 1,6 juta ton, 1,3 juta ton, 1 juta ton, dan 0,9 juta ton.
“Indonesia memproduksi 30,6 juta ton beras sepanjang 2025,” bunyi laporan tersebut, yang NTBSatu kutip Rabu, 5 Februari 2025.
Meskipun menempati posisi ke-10 secara nasional, NTB tetap menjadi salah satu lumbung padi utama di wilayah timur Indonesia. Provinsi ini dikenal dengan sistem pertanian yang kuat, terutama di daerah Lombok dan Sumbawa, yang memiliki lahan sawah produktif.
Namun dominasi tiga provinsi di Pulau Jawa dalam produksi beras nasional menunjukkan bahwa daerah ini masih menjadi sentra utama pertanian padi di Indonesia.
Infrastruktur pertanian yang lebih maju, lahan subur, serta dukungan pemerintah yang kuat menjadi faktor utama tingginya produksi di wilayah ini.
Namun, provinsi di luar Jawa, seperti Sulsel, Sumsel, dan NTB, juga terus berkembang dalam meningkatkan produksi beras. Dengan strategi pertanian yang lebih modern dan dukungan dari pemerintah pusat, daerah-daerah ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan kontribusi terhadap ketahanan pangan nasional.
Meskipun produksi beras Indonesia cukup tinggi, tantangan seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan ketersediaan air tetap menjadi kecemasan serius. Pemerintah dan petani perlu bekerja sama untuk memastikan produksi tetap stabil dan berkelanjutan. (*)