ADVERTORIALDaerah NTBLingkunganSumbawa

Julmansyah “Kick Off” Gerakan Satu Desa Satu Demplot Agroforestry di Sumbawa

Mataram (NTBSatu) – Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTB terus berupaya memulihkan lahan dan hutan di daerah, khususnya di Pulau Sumbawa. Mereka meluncurkan gerakan satu desa satu demplot agroforestry.

Hal itu menyusul seringnya terjadi banjir dan longsor setiap musim hujan. Tercatat, setidaknya 15 titik
banjir DAS/Sub DAS di NTB pada Desember 2024 dan Januari 2025.

Berangkat dari persoalan tersebut, Dinas LHK NTB bersama Korem 167, BPDAS Dodokan Moyosari UPT Kemenhut PLN Peduli, Kwarda Pramuka Sumbawa, dan lainnya, meluncurkan Gerakan Satu Desa Satu Demplot Agroforestry, Minggu 2 Februari 2025.

Kadis LHK NTB, Julmansyah mengatakan, gerakan itu untuk ketahanan air, pangan, dan mitigasi bencana.

“Kick off” dilaksanakan di Dusun Ai Boro Desa Teluk Santong dan di Desa Sepayung, Kecamatan Plampang, Sumbawa. Kemudian, di Desa Marga Karya Kecamatan Moyo Hulu. Kadis LHK NTB turun bersama bersama TNI, PLN, Kwarda Pramuka, Pemda dan MUI Sumbawa.

Tersebar di sejumlah desa

Sebanyak 100an orang terdiri dari unsur TNI Koramil Empang, Balai KPH Ampang Plampang Dinas LHK NTB, Pramuka Saka Wanabakti dan Kepala Desa.

Julmansyah menjelaskan, Dinas LHK NTB menggagas kegiatan bersama Danrem 167 Wirabakti Brigjen Agus Bakti, BPDAS Dodokan Moyosari, PLN Peduli, Pramuka dan Pemda Sumbawa.

Foto bersama peluncuran satu desa satu demplot agroforestry, Minggu, 2 Februaru 2025. Foto: Istimewa

“Ini merupakan PR atau janji yang harus kita tuntaskan sebagai Kadis LHK NTB sebelum pindah aktif di Kementerian Kehutanan Jakarta,” jelas Direktur Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat Ditjen Perhutanan Sosial Kemenhut ini.

Kegiatan ini mendapat respons positif dari kepala desa di 27 desa di Sumbawa. Mereka berkomitmen membuat demplot agroforestry.

Lokasi 27 demplot desa ini tersebar di 3 Balai KPH. Di antaranya Balai KPH Ampang Plampang sebanyak 15 desa, Balai KPH Batulanteh ada 8 desa, dan Balai KPH Brang Beh 4 desa. Masing-masing demplot dengan luasan 1 Ha.

“Sehingga penanaman 2025 ini ada sekitar 27 Ha demplot agroforestry,” jelas Julmansyah.

Adapun total bibit yang tertanam pada 27 demplot kurang lebih 5.000 bibit. Itu tersebar di KPH Ampang Plampang 2.700 bibit, Batulanteh 1.300 bibit dan KPH Brang Beh 1.000 bibit. Sumber bibit berasal dari BPDAS Dodokan Moyosari.

“Dengan jenis avokad, petai, klengkeng, nangka, mangga, duren, dan lain-lain,” ujarnya.

Upaya meningkatkan ekonomi masyarakat

Julmansyah berharap, demplot agroforestry mampu men-trigger masyarakat agar tidak hanya melalukan budidaya monokultur jagung. Tetapi mulai mengolah lahan dengan pola agroforestry. Ke depan, sambungnya, langkah ini dapat menjadi percontohan dan bahan edukasi nyata. Agar masyarakat memiliki perubahan mindset.

“Berubah dari pertanian monokukur ke agroforesrty atau kebun campur atau wanatani,” ungkapnya.

Dengan agroforestry, selain pemulihan lahan dan hutan kritis, juga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan buah dari tanaman produktif.

“Dan secara ekologi mencegah run off (air limpasan, red) sedimentasi serta berpotensi timbulnya mata air baru,” tutupnya. (*)

Show More

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button