Ketika pilihan hidup terbatas, harapan pun jatuh untuk bertaruh di negeri orang. Inilah kenyataan pahit yang dialami masyarakat Dusun Meang, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat.
Ada sekitar 400 Kepala Keluarga, dengan estimasi 500 jiwa yang bermukim di daerah ini.
Minimnya lapangan pekerjaan dan buruknya infrastruktur, memaksa banyak kepala keluarga meninggalkan kampung halaman demi menjadi pekerja migran di Malaysia.
Bagi mereka, menjadi buruh perkebunan sawit di negeri jiran bukanlah impian. Melainkan satu-satunya jalan untuk bertahan hidup.
Seperti yang Lukman alami. Seorang anak dusun yang harus merelakan kepergian ayahnya, demi menghidupi keluarga dan membiayai pendidikannya.
Ia bahkan menjadi generasi pertama di kampungnya, yang berhasil mengenyam bangku kuliah. Sebuah pencapaian yang ironisnya, harus dibayar dengan kepergian sang ayah.
“Kalau hanya mengandalkan pekerjaan bertani dan beternak tidaklah cukup. Jadi Bapak saya pergi ke Malaysia, dapat gaji sekitar 6-8 juta. Barulah ekonomi keluarga membaik,” ungkapnya pada NTBSatu, Kamis, 30 Januari 2025.
Janji Pembangunan tak Kunjung Nyata
Situasi ini, menyoroti kegagalan pemerintah dalam menyediakan akses pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan di daerah tertinggal.
Dengan ribuan hektare lahan yang ada, warga Dusun Meang sebenarnya memiliki potensi besar dalam sektor pertanian dan peternakan.
Namun, infrastruktur yang buruk, harga komoditas yang rendah. Serta risiko gagal panen dan wabah penyakit ternak, membuat mereka kehilangan daya saing.
Bertahun-tahun, janji pembangunan infrastruktur dan perbaikan ekonomi hanya menjadi wacana. Jalanan rusak yang menghambat distribusi hasil pertanian, menjadi bukti nyata bahwa kebijakan pemerintah daerah belum menyentuh akar permasalahan.
Jika akses pasar bisa lebih baik dan mudah mereka jangkau, harga jual hasil tani dapat meningkat. Serta, masyarakat tak harus bergantung pada pekerjaan di luar negeri.
Potensi Wisata yang Terselubung
Selain sektor pertanian, Dusun Meang sebenarnya menyimpan kekayaan wisata alam yang luar biasa.
Pantai dan Bukit Meang adalah salah satu objek wisata terbaik di Lombok Barat, yang belum banyak wisatawan kenal.
Menurut Nuriadi, seorang tour guide lokal, Meang merupakan surga tersembunyi yang menjadi incaran investor. Namun, akses jalan yang rusak parah membuat potensi ini sulit berkembang.
“Pantai Meang jadi salah satu daya tarik para pelancong dari luar negeri untuk surfing dan diving. Ombaknya yang besar dan pantainya yang masih bersih membuatnya jadi spot favorit,” jelasnya.
Belasan wisatawan mancanegara telah mengunjungi Meang. Mayoritas mereka berasal dari Jerman, Australia, Polandia, Amerika, Swiss, Portugal, dan Malaysia.
Namun, mereka terkejut dengan kondisi jalan yang mengarah ke kawasan ini. “There’s heaven and hell in Meang (Surga dan neraka ada di Meang), begitu kesan para turis,” ungkap Nuriadi.
Mereka terpesona oleh keindahan alamnya, tetapi frustrasi dengan infrastruktur yang menghambat akses ke lokasi tersebut.
Di balik Pantai Meang, terdapat Pulau Sepatang. Sebuah pulau eksotis yang langsung berbatasan dengan daratan Australia.
Dengan promosi dan pengelolaan yang baik, wilayah ini berpotensi menjadi destinasi wisata kelas dunia, membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
Sayangnya, tanpa intervensi nyata dari pemerintah, harapan untuk menjadikan Meang sebagai pusat pariwisata dan ekonomi hanya akan menjadi angan-angan.