Oleh: Cindy Purnama Fitri – Mahasiswi Sosiologi Universitas Mataram
Pengobatan tradisional suku Sasak, seperti penganjeng aik (perawatan dengan air) dan bebubus (pengobatan dengan ramuan herbal), merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Lombok.
Di tengah pesatnya kemajuan ilmu kedokteran dan teknologi, praktik-praktik ini masih tetap dipertahankan. Sebanyak 60 persen penduduk Lombok masih mengandalkan pengobatan tradisional etika menghadapi masalah kesehatan, yang menunjukkan bahwa meskipun layanan medis modern semakin tersedia, keyakinan terhadap warisan budaya tetap kuat di kalangan masyarakat.
Pengobatan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun ini dianggap memiliki efek terapeutik yang sejalan dengan nilai-nilai budaya yang mereka anut.
Sebuah studi yang dilakukan oleh M. Yamin, dosen Universitas Mataram, dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat (2022) menunjukkan bahwa masyarakat Sasak memiliki pemahaman yang lebih holistik tentang kesehatan.
Misalnya, di Desa Sembalun, seorang ibu memilih penganjeng aik sebagai metode untuk merawat anaknya yang demam. Menurutnya, selain aman dan efektif, metode ini memperkuat ikatan dengan nilai-nilai budaya yang diyakininya. Keputusan ini menggambarkan bagaimana pengobatan tradisional tidak hanya berfungsi sebagai metode penyembuhan fisik, tetapi juga sebagai sarana untuk mempertahankan identitas budaya.
Dalam perspektif sosiologi, pengobatan tradisional ini dapat dianalisis melalui teori konstruksi sosial, yang menjelaskan bahwa pemahaman tentang sakit dan sehat tidak hanya dibentuk oleh faktor biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh interaksi sosial dan budaya.
Bagi masyarakat suku Sasak, penyakit sering dianggap sebagai ketidakseimbangan antara aspek fisik, sosial, dan spiritual. Oleh karena itu, pengobatan tradisional dipercaya mampu mengembalikan harmoni yang hilang. Masyarakat merasa lebih nyaman dengan pendekatan ini karena pengobatan modern sering kali tidak mempertimbangkan aspek spiritual yang mereka yakini.
Dalam era modern, meskipun akses ke layanan kesehatan modern semakin mudah, pengobatan tradisional masih menjadi pilihan utama. Data dari Badan Pusat Statistik (2023) menunjukkan bahwa 40 persen masyarakat Lombok lebih memilih pengobatan tradisional karena biayanya yang lebih terjangkau dan kemudahan akses.
Selain itu, sekitar 70 persen penduduk Lombok menggunakan bebubus untuk mengatasi penyakit ringan seperti batuk dan demam. Mereka percaya bahwa pengobatan alami ini lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping seperti halnya obat-obatan modern.
Lembaga Penelitian Kesehatan Masyarakat dalam laporan tahun 2023 juga menemukan bahwa ramuan herbal dipercaya oleh banyak orang tua mampu mempercepat penyembuhan anak-anak mereka.
Lebih lanjut, penelitian tersebut mencatat bahwa sebagian besar masyarakat Sasak tidak hanya mempertimbangkan efektivitas pengobatan, tetapi juga hubungannya dengan tradisi leluhur.
Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara pengobatan dan identitas budaya yang masih kuat. Pengobatan tradisional tidak hanya menjadi solusi medis, tetapi juga merupakan sarana bagi masyarakat untuk menjaga warisan leluhur mereka. Ketika pengobatan modern dianggap terlalu fokus pada aspek fisik, metode tradisional justru memberikan perhatian pada keseimbangan hidup yang lebih luas, termasuk aspek spiritual dan sosial.
Meskipun demikian, ada tantangan dalam mengintegrasikan pengobatan tradisional dengan sistem kesehatan modern. Banyak praktisi medis modern skeptis terhadap efektivitas metode tradisional, meskipun beberapa studi menunjukkan bahwa pengobatan berbasis herbal dapat memberikan manfaat yang signifikan, terutama dalam pengobatan penyakit ringan.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih inklusif dan kolaboratif antara pengobatan tradisional dan modern. Dengan menggabungkan kedua metode ini, masyarakat dapat memperoleh manfaat optimal dari keduanya. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Pengobatan tradisional suku Sasak, seperti penganjeng aik dan bebubus, menunjukkan bahwa kearifan lokal tetap memiliki tempat penting dalam masyarakat modern. Masyarakat tidak hanya memilih metode ini karena khasiatnya, tetapi juga karena nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Harapannya, pengobatan tradisional dapat diintegrasikan dengan layanan kesehatan modern, sehingga masyarakat bisa mendapatkan manfaat dari kedua metode. Penting untuk meningkatkan kesadaran akan nilai pengobatan tradisional dan memberikan dukungan untuk pengembangan praktik kesehatan yang menghormati kearifan lokal. Dengan kolaborasi antara pengobatan tradisional dan modern, kesehatan masyarakat di Indonesia dapat ditingkatkan secara lebih menyeluruh dan berkelanjutan.
Referensi:
1. Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). Statistik Kesehatan di Indonesia 2023. Retrieved from https://www.bps.go.id.
2. Lembaga Penelitian Kesehatan Masyarakat. (2023). Penggunaan Pengobatan Tradisional di Kalangan Masyarakat Lombok: Sebuah Studi Kasus. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(2), 150-162.
3. Yamin, M. (2022). Persepsi Masyarakat Suku Sasak Terhadap Pengobatan Tradisional. Jurnal Kesehatan Masyarakat. (*)