ADVERTORIALDistanbun NTB

Bapeltanbun NTB Berkenalan dengan Dampak Gas Rumah Kaca Akibat Pertanian

Lombok Timur (NTBSatu) – Balai Pelatihan Pertanian dan Perkebunan (Bapeltanbun) Provinsi NTB menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Climate Smart Agriculture (CSA). Kegiatan berlangsung pada tanggal 23-25 Oktober 2024 lalu.

Bimtek tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Bapeltanbun NTB dalam hal smart agriculture.

Kepala Bapeltanbun NTB, M. Decki Iskandar membuka langsung bimtek CSA yang berlangsung selama tiga hari itu.

Climate Smart Agriculture adalah suatu pendekatan yang mentransformasikan dan mengorientasi ulang sistem produksi pertanian dan rantai nilai pangan,” kata Decki.

Upaya itu, lanjut Decki, guna mendukung pertanian berkelanjutan dan dapat memastikan ketahanan pangan dalam kondisi perubahan iklim.

Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber dari Balai Pengujian Standar Instrumen Lingkungan Pertanian Pati, Jawa Tengah, yaitu Baiq Nunung Sulastri dan Edi Supraptomo.

Pada hari pertama, narasumber memaparkan tentang inovasi teknologi pertanian rendah karbon dalam mengenal lebih jauh aktivitas pertanian dalam menyumbang emisi gas Rumah kaca serta mitigasinya.

Sebelumnya, Sekolah Lapang (SL) Peningkatan Produksi dan Kualitas Tanaman Tembakau Bapeltanbun NTB di Kelompok Tani Subak Bedugul, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara (KLU) kembali menggelar sesi pembelajaran yang ke-9 pada 22 Oktober 2024.

Hadir dalam kegiatan itu, para petani lokal yang antusias untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya tembakau.

Pada pembelajaran tersebut, Tim Bapeltanbun NTB yang terdiri dari widyaiswara dan penyuluh pertanian memimpin sesi praktek pembuatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Yaitu teknologi ramah lingkungan yang memiliki potensi besar dalam meningkatkan produktivitas pertanian dengan memanfaatkan mikroba tanah.

Peserta diajarkan langkah-langkah pembuatan PGPR menggunakan bahan-bahan alami yang mudah mereka akses.

PGPR memiliki berbagai manfaat yang signifikan bagi pertanian. Selain berfungsi sebagai bioprotectant yang menekan perkembangan penyakit, PGPR juga berperan sebagai biostimulant dengan menghasilkan hormon pertumbuhan. Serta, sebagai biofertilizer yang meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman.

Sumber PGPR yang efektif dapat diambil dari akar rumput-rumputan. Mulai dari putri malu dan akar bambu yang tumbuh subur, tanpa terserang hama atau penyakit. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button