Lombok TimurPendidikan

Dalih Pemda soal Banyaknya Sekolah Reyot di Lombok Timur

Lombok Timur (NTBSatu) – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Lombok Timur memberi tanggapan soal banyaknya sekolah yang rusak akibat gempa Lombok 2018 lalu. 

Pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Timur sendiri mengakui masih cukup banyak sekolah yang belum terenovasi pasca bencana tersebut. 

Kabid Pembinaan Sekolah Dasar (PSD) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Hairurrazak Hanafie mengatakan, mirisnya kondisi banyak sekolah itu juga imbas dari sikap Pemkab Lombok Timur yang terlalu cepat mencabut status darurat nasional. 

Akibatnya, bantuan Pemerintah Pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun turut terhenti di tengah banyaknya infrastruktur yang belum diperbaiki. 

“Jadi sudah tidak ada lagi anggaran dari BNPB untuk memperbaiki sarana pendidikan di daerah ini. Karena pernyataan dari pemerintah daerah bahwa penanganan pascagempa telah selesai,” kata Hairurrazak, Senin, 7 Oktober 2024. 

Pengusulan renovasi setiap sekolah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Pusat pun terbilang sulit. Apalagi jika hanya mengandalkan dana Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang kecil. 

Hairurrazak mengungkapkan, pihaknya telah berusaha meminta bantuan dari Pemerintah Pusat melalui aplikasi Krisna. 

Namun sistem itu melibatkan Kemendikbud Ristek dan Bappenas, sehingga masing-masing memiliki penilaian berbeda dalam menindaklanjuti usulan daerah. 

“Apa yang kita anggap prioritas, belum tentu sama dengan pandangan mereka,” ucapnya. 

Nasib SDN 2 Sembalun

SDN 2 Sembalun adalah salah satu sekolah di Lombok Timur yang kondisinya masih memprihatinkan pasca gempa tahun 2018 lalu. Mimpi anak Sembalun untuk mendapatkan pendidikan terpadu masih terancam. 

Sudah enam tahun berlalu, namun pemerintah belum memperbaiki bangunan SDN 2 Sembalun Bumbung yang rusak parah akibat gempa. Kondisi itu pun membuat aktivitas belajar mengajar terlihat menyedihkan. 

Setiap hari, anak-anak harus berdesakan di ruang kelas darurat yang terbuat dari bahan seadanya. Lantai pun sering becek akibat hujan, karena atap yang bocor dan dinding lapuk.

Bukan hanya mengganggu kenyamanan belajar, namun kondisi itu juga mengancam keselamatan mereka.

“Anak-anak sering bertanya, ‘kenapa sekolah kita rusak terus?’ Mereka merasa sedih dan putus asa,” ungkap Kepala SDN 2 Sembalun Bumbung, Sahlun. 

Secara psikologis, banyak dari siswa yang merasa minder dan tidak semangat belajar akibat kondisi tersebut.

“Mereka melihat teman-temannya di sekolah lain belajar di gedung yang bagus, sedangkan mereka harus belajar di tempat yang seperti ini,” tambah Sahlun.

Upaya untuk memperbaiki sekolah sudah berkali-kali dilakukan, ungkap Sahlun, tetapi belum membuahkan hasil. Pihak pemerintah seolah abai terhadap nasib ratusan anak yang merindukan ruang belajar yang layak.

“Kami sudah berulang kali mengajukan permohonan, tapi belum ada jawaban yang pasti,” ujar Sahlun. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button