Pendidikan

Kuliah Umum di UBG, Melihat Masa Depan Seni dan Industri Kreatif di NTB

Mataram (NTBSatu) – Program Studi Seni Pertunjukan Universitas Bumigora (UBG) menyelenggarakan kuliah umum beberapa waktu lalu. Kuliah umum itu mengusung tema “Masa Depan Seni dan Industri Kreatif NTB di Era Global.”

Kuliah itu menghadirkan Dr. Salman Alfarisi, merupakan dosen di Universiti Pendidikan Sultan Idris Malaysia. Ia mewakili pembacaan dari ruang akademis. Selain itu, ada pula Majas Pribadi salah seorang praktisi seni di NTB mewakili pembacaan dari sisi lainnya.

Rektor UBG, Dr. Anthony Anggrawan menyambut baik kegiatan itu. Ia menilai hal itu sebagai bentuk proses pengembangan diri bagi civitas akademika UBG khususnya.

Di sisi lain diskusi ini juga menjadi salah satu bentuk keseriusan kampus untuk terus berkontribusi dalam pengembangan seni budaya yang ada di NTB melalui Fakultas Seni dan Desain. Keseriusan itu juga tersampaikan melalui rencana Pembangunan Gedung pertunjukan di Mataram.

“Gedung itu nantinya tidak hanya menjadi tempat untuk mahasiswa berlatih, tetapi juga melaksanakan pertunjukan. Pertunjukan dapat dinikmati banyak orang, jadi wisatawan yang datang ke Lombok ini dapat menjadikan gedung itu sebagai salah satu tujuan wisatanya,” ungkap Anthony, Sabtu, 14 September 2024.

Universitas Bumigora dengan membuka prodi seni pertunjukan, tentu memiliki tantangan tersendiri. Dengan tantangan yang ada Universitas Bumigora harus mampu menunjukkan posisinya di antara kampus-kampus dengan jurusan seni lainnya.

IKLAN

“Dengan membuka prodi Seni Pertunjukan murni, tentu ini memiliki tantangan tersendiri terlebih di NTB ini. Paling tidak orang tidak akan kebingungan lagi kalau mereka kuliah di jurusan seni ini nanti mau jadi apa,” ungkap Majas.

Seni dan industri kreatif di Lombok atau di NTB ini memiliki tantangan yang cukup besar saat ini. Pengembangan pariwisata memang belum terlihat memberikan dampak signifikan. Persoalan ini harus menjadi tantangan yang harus diselesaikan melalui ruang akademis.

“Kalau ngomongin industri kreatif ini kan ukurannya kesejahteraan masyarakat meningkat. Nah, ini PR untuk Universitas Bumigora ke depan untuk dapat menyelesaikannya melalui ruang akademis ini.” Jelas Majas.

Seniman Tak Terpaku dengan Tradisi

Sementara itu, Salman mengatakan, seorang seniman tidak perlu terpaku dengan keberadaan tradisi. Masyarakat akademis di Universitas Bumigora harus dapat membedakan antara tradisi dan kreasi.

Apabila telah bermain di wilayah industri kreatif, maka seorang seniman tidak seharusnya terikat dengan aturan-aturan tradisi yang ada. Meski mereka harus mempelajari tradisi agar memiliki pengetahuan cukup dalam menciptakan kreasi.

Salman memberikan catatan untuk membedakan proses dari kedua ruang yaitu tradisi dan industri. Keduanya tidak perlu untuk saling berbenturan atau dicampur-adukkan. Karena, keduanya memiliki peran dan fungsi yang berbeda.

“Tidak bisa dicampur-adukkan atau dibenturkan, tradisi dan Industri itu dua hal yang berbeda. Kalau kita berbicara seni yang digunakan untuk pariwisata misalnya, jangan lagi berfikir apa yang disukai masyarakat saat ini,” tandas Salman.

Prodi Seni Pertunjukan Universitas Bumigora merupakan prodi baru dan satu-satunya di NTB. Dalam perjalanannya prodi ini tuntut untuk dapat memberikan gambaran masa depan yang baik bagi mahasiswanya. Membangun optimisme dan peluang bagi lulusannya di bidang yang relevan. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button