Lombok Timur (NTBSatu) – Penjabat (Pj.) Bupati Lombok Timur, M. Juaini Taofik menanggapi maraknya kasus dugaan bunuh diri, lantaran motif ekonomi di Kabupaten Lombok Timur.
Di tengah kondisi itu, ia menekankan pentingnya untuk merawat local wisdom atau kearifan lokal untuk penyelesaian masalah dalam keluarga dan masyarakat.
“Menghidupkan kembali musyawarah mufakat di masyarakat kita sangat penting. Peran tokoh-tokoh seperti tetua adat dan ulama sangat penting,” kata Taofik, Selasa, 10 September 2024.
Menurutnya, pendekatan serupa dapat membangun kembali dukungan sosial yang kuat dalam masyarakat. Adanya tempat untuk mengadu membuat masyarakat menemukan solusi tanpa merasa terkucilkan.
Selain itu, Taofik menyebut, angka bunuh diri tidak selalu berbanding lurus dengan status ekonomi. Artinya, mereka yang melakukan aksi tak terpuji itu belum tentu akibat lilitan ekonomi.
“Misalnya di banyak negara maju. Ekonomi mereka tinggi, tapi kasus bunuh diri mereka juga sangat tinggi. Itu kata studi, bukan hanya kata saya,” ucap Taofik.
Ia pun meminta kepada seluruh masyarakat untuk tidak mengucilkan seseorang yang sedang terkendala masalah. Termasuk kendala ekonomi.
“Menurut saya alienasi ini yang lebih berbahaya kepada potensi bunuh diri. Artinya, hubungan hangat harus tetap kita jaga, apalagi saat ada masalah,” ujarnya.
Maraknya Dugaan Kasus Bunuh Diri
Sebelumnya, kasus dugaan bunuh diri menggemparkan Kabupaten Lombok Timur pada Senin, 9 September 2024. Sebab, di hari tersebut, polisi menemukan dua warga di daerah Lombok Timur tersebut diduga bunuh diri.
Dugaan sementara, kedua kasus tersebut terjadi karena lilitan ekonomi.
Menurut laporan kepolisian, kasus pertama terjadi di Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru. Korbannya adalah seorang ibu rumah tangga bernama Saripa Idatul Ra’yah (26). Kabarnya, korban bunuh diri dengan cara gantung diri menggunakan tali nilon dengan pijakan sebuah ember warna coklat.
Menurut keterangan saksi, sebelumnya korban mengeluh kepada orang tua dan mertuanya terkait pinjaman online (pinjol) yang belum terbayar.
Bahkan, korban sampai mengalami stres dan hendak menjalani pengobatan di rumah sakit jiwa.
Para saksi tersebut juga menemukan surat wasiat yang diduga ditulis korban, pada sebuah kotak sabun menggunakan tinta merah. Dalam surat tersebut, korban mengaku sudah tidak sanggup dan akan melakukan aksi bunuh diri.
Adapun, korban sudah menikah sekitar dua tahun dengan warga setempat bernama Toni. Suami korban sendiri saat ini sedang merantau di Malaysia.
Lalu pada hari yang sama, kasus dugaan bunuh diri juga terjadi di Desa Sambelia, Kecamatan Sambelia.
Korban bernama Makwan ditemukan dalam kondisi tergantung dengan tali nilon di kamar mandi pada pukul 16.30 Wita.
Dugaan sementara, korban yang merupakan saudagar kambing nekat melakukan aksi tersebut lantaran frustrasi akibat punya banyak utang di sesama suadagar. (*)