Lombok Timur

Pemkab Lombok Timur Jawab Soal Nasib Pilu Masyarakat Selatan 

Lombok Timur (NTBSatu) – Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Timur, Hasni, memberi jawaban terkait nasib pilu yang dialami masyarakat Lombok Timur bagian selatan, yaitu di Kecamatan Jerowaru dan Keruak.

Di mana banyak masyarakat di dua kecamatan tersebut masih kesulitan mendapatkan kebutuhan dasar seperti air bersih. Terlebih masyarakat di bagian pesisir.

Hasni mengatakan, pihaknya terus berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat bagian selatan, baik itu kebutuhan air, fasilitas sampah, maupun sanitasi lingkungan. Salah satu yang menjadi manifestasinya adalah Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Pantai Selatan.

“Kami terus mengupayakan pemenuhan itu. Sekarang ini upaya kita adalah mengaliri air dari utara ke wilayah selatan,” ucap Hasni.

Namun begitu, ia mengakui jaringan SPAM tersebut belum bisa meng-cover seluruh rumah tangga karena masih dalam fase pelaksanaan uji coba.

Sebelumnya, masyarakat selatan merasa hanya menjadi ‘barang dagangan’ pemerintah daerah kepada pemerintah pusat.

IKLAN

Hingga saat ini, masih banyak persoalan kemiskinan daerah di wilayah pesisir. Sekadar kebutuhan dasar untuk masyarakat selatan pun belum terpenuhi, seperti air bersih, sanitasi hingga akses pembuangan dan pengelolaan sampah.

Selain akses rumah tangga terhadap air bersih terbatas, kualitas air bersih yang dibeli pun sangat buruk. Dari total 54 keluarga nelayan di wilayah selatan, 42,9 persen mendapat air bersih dengan membeli eceran, dan 68.52 persen menggunakan pipa. Namun kualitas air ledeng masih berbau, berasa, dan berwarna.

Sementara terkait sanitasi layak, menurut hasil Susenas 2023, persentase rumah tangga di NTB yang memiliki fasilitas tempat BAB sendiri mencapai 79,32 persen. Sedangkan 20,68 persen lainnya masih menggunakan MCK komunal atau tidak memiliki sama sekali. Imbasnya, banyak masyarakat pesisir, termasuk di Lombok Timur yang BAB di laut.

Layak Mendapat Perhatian Khusus

Peneliti Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) NTB, Hamdi menyatakan, wilayah pesisir sudah selayaknya mendapat  perhatian khusus oleh pemerintah daerah. Terlebih karena menjadi kantong kemiskinan daerah.

“Persoalan akses air bersih hingga saat ini belum dapat ditangani. Rumah tangga yang sebagian besarnya adalah nelayan tradisional dan petani lahan kering, bergantung pada layanan air bersih para penjual air,” kata Hamdi dalam pertemuan dengan Pemda Lombok Timur, Rabu, 28 Agustus 2024.

Hasil kajian FITRA tahun 2019-2021 menunjukkan, rendahnya kualitas layanan air minum dan fasilitas sanitasi memiliki relevansi dengan tata kelola anggaran yang tidak mempertimbangkan kebutuhan perempuan miskin dan karakteristik wilayah pesisir. 

“Hal ini terlihat dari perencanaan anggaran yang belum sensitif gender. Kemudian, alokasi anggaran tidak mencukupi dan belanja anggaran tidak tepat sasaran,” terang Hamdi.

Rentan Menderita Gangguan Kesehatan

Sementara, Sekjen Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia (KPPI) Lombok Timur, Siti Nuria mengatakan, penduduk miskin yang berdomisili di kawasan pesisir rentan menderita gangguan kesehatan. Penyebabnya adalah buruknya layanan air minum dan infrastruktur sanitasi di permukiman mereka. 

Gangguan kesehatan tersebut di antaranya berupa penyakit kulit, diare, demam berdarah, malaria, dan tuberkolosis paru.

“Masyarakat kita di pesisir banyak yang tidak sadar kalau sakit pinggang dan macam-macam yang mereka alami itu akibat air yang tidak bersih,” ungkap Ria.

Sebelumnya, Pemkab Lombok Timur mendapat kucuran puluhan miliar rupiah dari Dana Alokasi Khusus (DAK) pemerintah pusat melalui program berlabel wilayah selatan, yaitu SPAM Pantai Selatan.

Namun infrastruktur yang dicanangkan mulai beroperasi April 2024 itu belum mencakup kebutuhan air bersih seluruh masyarakat selatan Lombok Timur. Khususnya Kecamatan Jerowaru dan Keruak.

Sementara pihak PDAM Lombok Timur menyebut, tidak tersentuhnya masyarakat selatan akibat debit air pada SPAM tersebut belum terpenuhi. Dari target debit 150 liter per detik, baru sepertiga yang tercapai.

Karenanya, Koalisi Perempuan untuk Sanitasi, Sampah, dan Air (PASSIR) Lombok Timur mendesak Pemda Lombok Timur mengambil sejumlah kebijakan. Pertama, memberikan perhatian khusus melalui kebijakan program dan anggaran untuk oriantasi peningkatan perekonomian perempuan pesisir.

Kedua, mengembangkan kebijakan air bersih, sanitasi dan persampahan berorientasi wilayah pesisir. Memprioritaskan  pemenuhan air bersih, sanitasi yang layak dan aman, dan pengelolaan sampah yang berbasis pada peningkatan ekonomi perempuan pesisir.

Terakhir, memastikan keterlibatan kelompok perempuan pesisir, lansia, disabilitas, dalam proses, perencanaan dan penganggaran di sektor Air, sanitasi, dan kebersihan (WASH). (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button