Mataram (NTBSatu) – Aktivitas bisnis penyedia jasa sewa pacar kembali eksis di Lombok. Penyedia jasa ini menawarkan layanannya melalui sejumlah media sosial, seperti TikTok dan Instagram.
Salah satu akun Instagram bisnis sewa pacar, @sasak_id (Jasa Sewa Pacar Lombok) menawarkan puluhan teman kencan wanita dan pria yang berusia 18-25 tahun dengan latar belakang yang beragam.
Berdasarkan penelusuran NTBSatu, LA (insial nama), 22 tahun asal Lombok Tengah merupakan pemilik sekaligus orang yang menjalankan akun tersebut.
Ia mengatakan, awal mula tercetus membuat bisnis ini lantaran banyaknya orang yang tidak memiliki pasangan dan merasa kesepian.
“Inspirasinya, karena banyak orang yang saya lihat butuh teman. Misalnya, untuk menemani menonton konser atau sekedar hangout bareng,” ujarnya pada NTBSatu, Kamis, 8 Agustus 2024.
Adapun jasa sewa pacar tersedia dalam kategori online dan offline. Untuk layanan online, seperti layanan chat, telepon, hingga video call. Dengn tarif Rp100 ribu per jam. Sementara itu, untuk layanan offline, yaitu untuk pergi kondangan, makan, nonton dan lainnya, terkena tarif Rp150 per jam.
LA pun menyebut, terdapat 30 talent yang sudah bergabung. Padahal, baru seminggu beroperasi. Ia mengklaim, kalau talent yang telah bergabung itu sesui dengan prosedur seleksi yang ketat.
Ia tak sembarang memilih orang. Mereka tidak hanya baik dari segi fisik melainkan juga sikap dan perilakunya.
“Kami juga seleksi secara detail. Ada wawancara khusus juga untuk memastikan kualitas talent,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk menjamin keamanan talent, akan ada petugas pengamanan yang bertindak mengawasi dari kejauhan pada setiap pertemuan talent.
“Maka dari itu, kami tidak menginginkan pertemuan di ruangan tertutup,” tukas LA.
Jasa Sewa Pacar Dianggap Tabu
Ia tak menampik, pastinya banyak kontra dari berbagai pihak terkait dengan aktivitas bisnis ini. Padahal, bisnis sewa pacar sudah lama berjalan pada kota-kota besar lainnya dan tetap aktif sampai sekarang.
Pihak pemerintah dan tokoh adat banyak memang tidak menyetujui keberadaan layanan jasa ini. Sebab, masih tabu dan bersebrangan dengan tradisi timur, yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan budaya. Serta, nantinya berpotensi mengarah ke hal negatif.
Namun, LA bisa memastikan, bisnis yang dijalankannya sama sekali tidak mengandung unsur pornografi maupun prostitusi.
“Kalau nanti dari pemerintah dan tokoh masyarakat ingin bertemu, kami siap berdiskusi dengan mereka. Menjelaskan tentang regulasi dan hal-hal teknis terkait bisnis ini,” tegasnya.
LA pun secara terang-terangan menolak dengan tegas pada pihak yang meminta jasa lebih. Bahkan, segera mem-blacklist-nya dari daftar pelanggan.
“Karena konteksnya untuk menemani mengisi kegiatan positif. Jadinya, kalau untuk pergi dugem, menginap, atau yang menjurus ke arah negatif tentunya kami tolak,” pungkas LA. (*)