Daerah NTB

Unik, NTB Gelar Hari Perayaan Lingkungan Hidup Sedunia 2024 di Gunung Sampah

Mataram (NTBSatu) – Perayaan hari lingkungan hidup sedunia 2024 di Provinsi NTB terbilang cukup unik. Pasalnya, digelar pada puncak gunung sampah atau landfill di TPA Regional Kebon Kongok, Lombok Barat, Sabtu sore, 19 Juli 2024.

Sebagai informasi, landfill TPA Regional Kebon Kongok menjadi tempat pembuangan sampah sejak tahun 1993. Sampah yang dibuang berasal dari wilayah Kota Mataram dan Lombok Barat, dengan jumlah per harinya mencapai 300 ton.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehuatan (DLHK) Provinsi NTB, Julmansyah, S.Hut., M.AP., menjelaskan, pelaksanaan perayaan hari lingkungan hidup sedunia 2024 sengaja di TPA Regional Kebon Kongok.

“Sengaja kami mengundang ke sini, supaya sama-sama merefleksikan betapa beratnya kami di DLHK menangani sampah di Lombok Barat dan Kota Mataram. Yang mana, setiap harinya TPA Kebon Kongok menerima 300 ton sampah,” jelasnya, kemarin.

Sehingga, perlu upaya serius menangani permasalahan sampah di dua Kabupaten/Kota ini. Karena kalau tidak, maka akan menimbulkan kegaduhan di masyarakat Mataram dan Lombok Barat.

“Kami juga ingin mengubah kesan TPA yang selama ini kumuh, berbau, penuh lalat. Maka, hari ini, landfill yang berusaia 30 tahun kami coba ubah,” tambah Julmansyah.

Bakal Jadi Taman Edukasi

Suasana landfill Kebon Kongok yang bakal menjadi taman edukasi. Foto: Istimewa

Ia juga mengatakan, akan menyulap lokasi landfill dengan tinggi 40 meter itu menjadi destinasi wisata berupa taman edukasi. Terlebih lagi, landfill tersebut telah ditutup sejak 2023 dan diganti dengan pembukaan landfill baru di sebelahnya.

“Kami akan menata landfill ini menjadi taman edukasi. Kami merancang bersama salah satu BUMN sebagai bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan. Mudah-mudahan ini menjadi role model bagaimana proses penutupan landfill yang bisa bermanfaat menjadi destinasi wisata alternatif,” ujar Julmansyah.

Sehingga, ke depan, lebih banyak altenatif destinasi wisata. Tidak lagi berkunjung ke pantai maupun gunung seperti biasa.

“Nanti bakal ada penjelasan mengenai sejarahnya, serta belajar terkait proses pemilahan sampah,” tandas Julmansyah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button