BERITA LOKALDaerah NTBPendidikan

Ratusan Siswa Belum dapat Sekolah, Dikbud Minta Solusi ke Pj Gubernur

Mataram (NTBSatu) – Memasuki ajaran baru, polemik zonasi dan daya tampung peserta didik baru masih menjadi pekerjaan rumah (PR) setiap tahunnya.

Ratusan siswa-siswi dari tingkat SMP dan SMA di NTB belum mendapatkan sekolah.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB, Aidy Furqan mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan Pj Gubernur NTB. Selain dengan Pj, ia juga berkomunikasi dengan Kementerian.

Tepatnya setelah daftar ulang murni bagi siswa-siswa yang lolos PPDB sudah selesai.

“Kita selesaikan dulu semua proses daftar ulang yang murni. Yang SMP, SMA kan sudah mulai pra post besok, dan SMK besok hari Sabtu” ujarnya kepada NTBSatu, Rabu, 10 Juli 2024.

Ia menegaskan seluruh anak-anak di NTB harus bersekolah. Maka dari itu, pihaknya akan menghitung berapa jumlah siswa yang belum tertampung. Dan menyelesaikan beberapa permasalahan lain terkait PPDB ini.

“Insya Allah minggu depan kita cari solusi, setelah semua yang reguler ini selesai dulu sampai Sabtu,” imbuhnya.

Sebelumnya, Senin kemarin, ratusan orang tua siswa mendatangi Dikbud terkait, untuk protes permasalahan jalur zonasi yang dinilai kurang adil.

Pasalnya, ada temuan kasus siswa yang rumahnya berdekatan, namun ada yang tidak lolos sistem zonasi.

Acuan Zonasi Bukan Hanya Jarak

Aidy pun menjelaskan, bahwa sistem zonasi tidak hanya acuannya dari jarak sekolah dengan rumah. Namun turut memperhatikan daya tampung sekolah. Sebab, sekolah memiliki daya tampung terbatas.

Oleh karenanya, meski jarak rumah pendaftar berdekatan, yang terpilih nantinya berdasarkan kecepatan mendaftar dan usia pelajar tersebut.

“Perlu pembuktian, berapa meter bedanya, kecepatan daftar siapa yang duluan. Kedua, siapa yang lebih tua, dia yang akan terpilih,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, bobot juga menjadi penentu lulusnya siswa dari jalur zonasi, yang mana anak kandung lebih menjadi prioritas. Kemudian cucu lebih menjadi prioritas dari keluarga lain.

“Anak kandung prioritas utama. Cucu nomor dua. Dan family lain belakangan. Karena kalau semuanya, ya kuota kita tidak mencukupi,” jelasnya.

Adapun siswa dan orang tua yang ngeyel harus bersekolah di tempatnya mendaftar. Ia mengatakan bahwa perlu ada peninjauan terlebih dahulu, karena saat ini, pihaknya belum mengambil keputusan.

Kemudian ia juga menyinggung perihal sentimen nama baik sekolah yang masih jadi incaran. Kebanyakan orang tua siswa berusaha agar anak-anak nya bisa masuk sekolah favorite.

“Semua kalau ditanya pasti mau sekolah disitu. Tapi kan daya tampungnya juga terbatas. Apa mau belajar dibawah tenda ?,” guraunya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button