Daerah NTBHukrimKota BimaLombok Barat

Polisi Periksa 7 Tenaga Medis Terkait Kematian Santriwati Ponpes Al Aziziyah

Mataram (NTBSatu) – Penyidikan dugaan penganiayaan santriwati ponpes Al Aziziyah Gunungsari, Lombok Barat, Nurul Izati terus berjalan di Satreskrim Polresta Mataram.

Terbaru, Unit Pelayanan Perempuan dan Anak alias PPA Polresta Mataram memeriksa tujuh orang tenaga medis pada Selasa, 2 Juli 2024.

Kasat Reskrim Polresta Mataram, Kompol I Made Yogi Purusua Utama, menjelaskan tujuh orang tenaga medis tersebut dari berbagai tempat.

Rinciannya, satu orang dari poliklinik Ponpes Al Aziziyah, satu dari Puskemas Labuan Lombok. Kemudian lima orang dari RSUD Soedjono, Lombok Timur.

“Jadi ada tujuh orang tenaga medis yang hari ini kita dengar keterangannya (menjalani pemeriksaan),” kata Yogi kepada NTBSatu, sore ini.

Yogi menjelaskan, pemeriksaan tenaga medis tersebut, karena setelah mengalami penganiayaan, Nurul menjalani perawatan medis dari poliklinik hingga di RSUD Soejono. Sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu, 29 Juni 2024 pagi.

Yogi mengaku, Unit PPA Polresta Mataram telah melayangkan surat pemanggilan ke pihak pondok untuk menjalani pemeriksaan. Totalnya empat orang, yakni tiga pengurus dan satu santri.

Untuk melengkapi pengusutan santriwati usia 13 tahun tersebut, polisi mengumpulkan berbagai informasi. Selain tenaga medis, polisi juga dalam waktu dekat akan memeriksa pihak lain, seperti pihak ponpes Al Aziziyah.

Selain tujuh tenaga kesehatan, sambung Kasat, penyidik juga memeriksa tiga warga. Salah satunya orang tua rekan Nurul Izati yang kali pertama memfasilitasi korban masuk rumah sakit.

“Empat orang itu akan datang Kamis (4 Juli) untuk memberikan keterangan,” jelasnya.

Yogi berharap seluruh pihak yang menjalani pemeriksaan agar bersikap koperatif, sehingga kasus ini terang benderang.

Ulasan Kasus Dugaan Penganiayaan Santriwati Ponpes Al Aziziyah

Sebagi informasi, Nurul Izati menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Soedjono Selong Sabtu, 29 Juni 2024 pagi. Korban menjalani perawatan medis selama 16 hari. Kini jenazah tersebut telah pulang ke kampung halamannya di Ende, Nusa Tenggara Timur.

Kepergian Nurul meninggalkan duka mendalam bagi orang tua. Pihak keluarga menduga kuat jika anak semata wayangnya itu wafat setelah menjadi korban penganiayaan di Ponpes Al Aziziyah.

Pengakuan Nurul kepada ayahnya sebelum koma, dia mendapatkan perilaku kekerasan dari tiga orang.

Kuasa kuasa hukum Ponpes Al Aziziyah, Herman Sorenggana mengaku, siap membantu apa yang pihak kepolisian butuhkan, termasuk kebutuhan keluarga.

Tidak hanya itu, Herman juga menyebut jika pihaknya akan membantu apa saja yang Lembaga Perlindungan Anak Mataram dan Polresta Mataram butuhkan untuk mengungkap misteri di balik meninggal dunianya Nurul.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button