Daerah NTB

Asa Warga Lokal di Arena Event Internasional

Mataram (NTBSatu) – Sebagai salah satu event berskala internasional, MXGP 2024 lagi-lagi menyuguhkan pemandangan yang kumuh dengan hadirnya lapak warga lokal yang berjualan di pinggir lintasan sirkuit tersebut.

Warga lokal membangun 17 lapak sederhana yang berjejer di samping area lintasan balap, sekitar 50 meter dari paddock area. Meski telah dibatasi trali besi, namun mereka dengan leluasa dapat masuk ke kawasan utama.

Seraya menyodorkan uang untuk membeli rokok dan air, seorang penonton asal Surabaya, Wisnu mengatakan para pelapak ini sangat menolong dirinya yang tengah kehausan saat terik dan cuaca panas itu.

Namun ia tak menampik jika hal ini mengurangi keindahan dan kebersihan sirkuit.

“Kalau boleh jujur memang jelek iya, bikin rusak pemandangan, sampahnya juga keluar-keluar itu. Nah, tapi untuk kita yang sedang kehausan dan lupa belanja pas masuk tadi, itu mereka seperti malaikat,” ujarnya pada NTBSatu, saat puncak Seri I MXGP 2024, Minggu, 30 Juni.

IKLAN

Sementara itu, cukup banyak penonton asing terlihat wara-wiri di arena tribun yang penuh dengan pengunjung lokal.

Noel, penonton asal Belanda menyebut pemandangan itu sedikit lucu dan unik. Sebab ia menilai jika berada di Negaranya, tindakan tersebut bersifat ilegal. Dan para imigran gelap sering melakukannya.

Ia juga enggan untuk membeli dagangan tersebut, dengan alasan higienistas. “No, thanks,” ucapnya.

IKLAN

Penertiban Pelapak oleh Pihak Panitia

Menanggapi kondisi ini, sebagai penyelenggara MXGP 2024, Direktur Proyek Samota Enduro Gemilang, Diaz Rahmah Irhani, mengatakan, pihaknya sudah mencoba menertibkan para pedagang dengan bekerjasama dengan pemerintah maupun kelompok usaha.

Sekitar 250 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berpartisipasi dalam ajang ini.

Diaz menambahkan ratusan UMKM yang terlibat dalam MXGP 2024 berasal dari binaan Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram.

IKLAN

“Ada juga UMKM lain yang kami undang langsung untuk memeriahkan event MXGP ini,” jelasnya.

Ia juga menambahkan untuk para pelapak atau pedagang asongan dapat menempati posisi luar atau halaman utama bandara.

“Sudah kita berikan juga izin dan tempat berdagang di luar agar lebih tertib,” imbuhnya.

Untuk mengatasi permasalah ini, pihaknya akan memastikan bahwa para pelapak tersebut tidak menghasilkan sampah yang dapat merusak panorama sirkuit. Namun ia tidak dapat membendung antusiasme warga lokal yang ingin mengais rezeki disana.

“Jadi, Kami memang memberikan izin kepada mereka (warga lokal) untuk berjualan. Tapi mereka tidak boleh lewat dari pagar batas dan wajib menjaga kebersihan,” terangnya.

Penghasilan hingga Rp2 juta

Penonton yang sedang berbelanja sambil menonton pertandingan di pinggir lintasan Sirkuit Selaparang.

Ida, salah satu warga asal Ampenan mengaku bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp2 juta per hari selama acara ini berlangsung.

“Saya jual nasi, gorengan, minuman dingin, snack. Itu dapat untung hampir tiga kali lipat dari hari biasanya,” ungkapnya.

Namun pada penyelenggaraan tahun ini, Ida mengaku pendapatanya sedikit lebih menurun dibandingkan tahun kemarin.

“Agak turun sih sedikit. Semoga bisa dapat banyak pas Seri II Minggu depan,” harapnya.

Rata-rata para pelapak tersebut merupakan warga lokal yang bermukim dekat sirkuit. Mereka notabenenya berprofesi serabutan sebagai buruh cuci, tukang bangunan dan ojek keliling.

Bagi mereka, adanya event internasional merupakan berkah setahun sekali yang mampu mendongkrak ekonomi mereka yang tergolong menengah kebawah. Para pelapak juga berharap agar diberikan tempat dan akses yang layak dan gratis jika event ini akan diadakan kembali nantinya.

“Kalau kita ada akses untuk buat punya stand di dalam kan bagus. Tapi kan kita jatuhnya PKL (pedagang kaki lima) bukan UMKM. Mungkin bisa buatkan untuk kita juga,” tukasnya. (STA)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button