Mataram (NTBSatu) – Pasca Lebaran IdulFitri 2025, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) membuka kembali enam jalur wisata alam pendakian mulai 3 April 2025. Dengan jumlah kuota hanya 700 orang.
Rinciannya, jalur Senaru, Sembalun, dan Torean digabung menjadi 400 kuota. Sedangkan jalur Aik Berik, Tete Batu, dan Timbanuh masing-masing 100 kuota.
Hari pertama pembukaan, sejumlah Trekking Organizer (TO) melakukan protes terkait pembatasan jumlah kuota pendakian Gunung Rinjani yang hanya 700 orang.
Kepala BTNGR, Yarman mengatakan, pembatasan kuota pendakian ini sudah berdasarkan kajian. Dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung di atas gunung. Seperti kapasitas ketersediaan dan kebutuhan air, ketersediaan lahan untuk berkemah, serta sarana dan prasarana lain yang memadai.
“Kuota (700, red) ini sudah berdasarkan kajian. Bukan semata-mata keinginan kita pribadi,” jelas Yarman, Kamis, 10 April 2025.
Sehingga, apabila ada penambahan kuota maka perlu kajian ulang dengan melibatkan akademisi dan stakholder lainnya.
Namun di samping itu, Yarman merasa bahwa jumlah kuota 700 itu tidak kurang. Kuncinya ada pada manajemen yang dilakukan TO.
“Ini sebenarnya tidak kurang. Tergantung dari teman-teman TO bagaimana cara pengaturan tamu-tamu ini, jangan semua tamu diterima. Bisa kita batasi,” tegasnya.
Jual Paket Wisata Murah
Yarman juga menyoroti harga paket wisata yang kerap dijual murah. Sehingga, membludaknya jumlah kunjungan.
Ia berharap, jangan sampai ada oknum menjual murah paket wisata menuju Taman Nasional Gunung Rinjani. Sehingga berdampak pada mandeknya perputaran ekonomi di kawasan sekitar.
“Kita tidak boleh hanya mengadalkan kuantitas saja, padahal kita sudah menuju ke kualitas. Itu yang kita usahakan ke depannya. Sesuai yang Gubernur sampaikan, mengedepankan kualitas daripada kuantitas,” ungkap Yarman.
Yarman memahami, aktivitas pendakian sudah menjadi sumber penghasilan warga. Namun, pembatasan kuota berdasarkan kajian ilmiah yang memperhitungkan daya dukung dan daya tampung kawasan.
“Saya rasa kita bersama-sama tidak ingin kawasan taman nasional gunung rinjani menjadi pasar dan orang yang datang merasa tidak nyaman. Dengan cara ini, artinya wisata pendakian ini tetap berkelanjutan, dan kawasan kita bisa terjaga,” jelas Yarman.
Pembatasan kuota juga, ujar Yarman, berkaitan dengan upaya pengendalian sampah. Saat ini, Balai TNGR tengah menggencarkan program Rinjani Zero Waste 2025, dengan mendorong penggunaan wadah ramah lingkungan menggantikan bungkus plastik, kaleng, dan styrofoam.
“Dari pembatasan kuota ini, volume sampah kita kendalikan,” pungkasnya. (*)