Mataram (NTBSatu) – Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Kota Mataram masih dalam tahap awal.
Saat ini, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram tengah membahas pedoman teknis (juknis) dan zonasi untuk PPDB tahun ajaran 2024/2025.
Kepala Disdik Kota Mataram, Yusuf menjelaskan, pembahasan juknis masih dalam tahap awal dan akan dimatangkan dalam waktu dekat.
“Juknis PPDB tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, hanya perlu dimatangkan di beberapa daerah irisan, seperti zona SMP 1 dan SMP 2,” terangnya.
Yusuf juga menyampaikan, pihaknya telah sepakat dengan jumlah rombongan belajar (rombel) di setiap sekolah.
“Jumlah rombel tergantung pada daya tampung masing-masing sekolah. Jika masih memungkinkan, kami akan mendorong sekolah untuk menerima lebih banyak siswa,” jelasnya.
Lebih lanjut, Yusuf menjelaskan, zonasi akan diperdalam dengan mempertimbangkan titik koordinat yang tepat.
Berita Terkini:
- Seleksi CPNS Kanwil Kemenag NTB 2024, Kelulusan Peserta PPPK Tahap 1 Hampir 100 Persen
- Petugas MBG Dikabarkan Bisa Jadi ASN, Dandim 1606/Mataram: Itu Kewenagan Pusat
- Eks Bandara Selaparang Bakal Jadi Pusat Kuliner dan RTH Baru di Kota Mataram
- Rektor Ummat Janji Usut Tuntas Dugaan Skandal Pejabat Teras Kampus, Libatkan PP Muhammadiyah
- Sekda NTB Tanggapi Interpelasi Ungkap Dugaan Skandal DAK: Alhamdulillah!
“Setelah juknis matang, barulah kami akan mengundang vendor untuk mensetting aplikasi PPDB,” tuturnya.
Beberapa masyarakat Kota Mataram saat ditemui mengungkapkan harapannya terkait PPDB tahun ini.
Mereka yang merupakan wali murid berharap proses PPDB berjalan lancar dan transparan, serta tidak ada diskriminasi dalam penerimaan siswa.
“Saya berharap PPDB tahun ini lebih transparan dan tidak ada kecurangan. Anak saya berprestasi, dan saya ingin dia bisa masuk ke sekolah yang bagus,” ujar salah satu orang tua siswa, Nana.
Masyarakat lainnya berharap agar zonasi PPDB tidak terlalu kaku dan mempertimbangkan faktor lain, seperti prestasi dan kemampuan ekonomi siswa.
“Zonasi memang penting, tapi jangan sampai menyulitkan siswa yang berprestasi atau berasal dari keluarga kurang mampu,” keluh Nana. (WIL)