Mataram (NTBSatu) – Provinsi Nusa Tenggara Barat masuk daftar provinsi yang berpotensi mengalami kekeringan sepanjang Mei 2024.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mempublikasi potensi cuaca di bulan Mei serta prediksi baru puncak kemarau di Indonesia. Di mana ada 3 provinsi yang berpotensi terdampak kekeringan, antara lain Jawa Timur, NTB dan NTT.
“Hal ini disebabkan oleh prakiraan intensitas hujan di wilayah tersebut paling rendah diantara wilayah lain, yakni dibawah 20 mm,” sebut BMKG dalam keterangan resminya, ditulis NTBSatu, Selasa, 14 Mei 2024.
Sebelumnya, Laporan Analisis Dinamika Atmosfer – Laut dan Prediksi Curah Hujan Mei-Oktober 2024 yang dirilis BMKG pada 23 April 2024 menyebut BMKG dan beberapa pusat iklim dunia memprediksi El Nino secara gradual akan beralih menjadi Netral mulai Mei-Juni-Juli 2024.
Di sisi lain, untuk Indian Ocean Dipole (IOD) dilaporkan dalam kategori Netral dengan indeks +0,31 dan diprediksi bertahan hingga 5 bulan ke depan.
Sebagai informasi, kedua fenomena ini memicu musim kemarau dengan suhu panas dan kekeringan lebih ekstrem dibandingkan musim kemarau biasanya.
Berita Terkini:
- NTB Butuh Rp6,7 Triliun Bangun Sport Center untuk PON 2028
- Polres Sumbawa Amankan 2 Kilogram Sabu, Tiga Terduga Pelaku Ditangkap
- Kontribusi NTB ke PDB Nasional Rp90,05 Triliun, Sektor Pariwisata dan Pertanian Harus Dioptimalkan
- Penyaluran KUR di NTB Capai Rp5,3 Triliun hingga November 2024
- Profil ANTV, Satu Grup dengan TVOne hingga PHK Massal di Akhir 2024
Sementara itu, berdasarkan laporan infografis yang dikeluarkan Kementerian PUPR, menyebutkan 272 infrastruktur di tiga wilayah tersebut turut berpotensi terdampak kekeringan.
Di antaranya 4 bendungan, 1 bendungan kontruksi, 4 bendungan operasi, 129 embung, 5 rusunawa, 5 daerah irigasi, 27 jalan nasional, 51 jembatan, 11 pengaman pantai, 16 prasarana umum, 9 rumah khusus dan 11 SPAM.
“Sebagai negara kepulauan beriklim tropis, Indonesia selalu dihadapkan pada risiko hidrometeorologis yang tidak ringan. Salah satunya yaitu bencana Kekeringan yaitu defisit curah hujan pada suatu wilayah dalam periode tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan kelembaban tanah dan kerusakan tanaman,” tulis laporan itu.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk waspada dalam penggunaan air guna mengurangi risiko bencana Kekeringan di tiga provinsi tersebut. (STA)