Mataram (Suara NTB) – Beras menjadi salah satu komoditi penyumbang inflasi terbesar dalam beberapa bulan terakhir.
Tingginya permintaan beras membuat harganya merangsek naik. Bahkan, Bappenas mencatat harga beras menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah pada awal Maret lalu mencapai Rp18.000 per kilogram.
Dari pantauan NTBSatu di Pasar Kebon Roek Ampenan, Kota Mataram, beberapa pedagang beras mengatakan, usai Lebaran dan Idulfitri permintaan terhadap bahan pokok itu mengalami penurunan sehingga harganya sudah tidak setinggi dulu.
“Sekarang ini harganya udah mulai normal iya, Rp12.000 -Rp13.000 per kg untuk beras premium,” tutur Eka Bahtiar, salah satu pedagang beras, Jumat, 19 April 2024.
Eka mengaku, membludaknya permintaan berlangsung menjelang Lebaran, Di mana ia mampu menjual beras hingga 20 karung berukuran 25 kg per hari. Namun setelah Lebaran, beras yang terjual hanya 1 – 6 karung per hari.
Berita Terkini:
- Kapal Rute Poto Tano – Pelabuhan Kayangan Kandas, Seluruh Penumpang Selamat
- UMP NTB Naik Jadi Rp2,6 Juta, Pj Gubernur Beraharap tak Ada PHK
- Pj Gubernur NTB Panggil Kadis Dikbud, Sebut Kabid SMK Berpotensi Dicopot
- Kabid SMK Dikbud NTB Ancam Kontraktor Sebelum Diduga Terima Pungli Rp50 Juta
“Estimasinya, saya bisa untung sampai Rp 250.000 per hari waktu itu, dua kali lipat,” imbuhnya.
Jumlah permintaan terus meningkat menginjak hari ke sepuluh puasa hingga satu hari sebelum lebaran. Salah satunya datang dari permintaan dari pelanggan untuk membagi beras 100 kg menjadi 2,5 kg yang ditujukan untuk memberikan zakat fitrah.
“Nah, sekarang permintaan beras sedikit loyo. Masyarakat masih ada pasokan zakat fitrahnya,” ungkap Eka. (STA)