Saat ini, upaya dari Oganic untuk menjaga alam telah terimplementasi dari program-program berbasis eco-conssious atau sadar lingkungan. Oganic telah menyiapkan program mengembalikan kemasan, menanam mangrove, dan lain-lain.
“Selain itu, formulasi dari produk-produk milik Oganic adalah non-micro plastic. Sehingga, limbah dari produk-produk milik Oganic akan sangat aman bagi tanah,” sebut Septia.
Septia kembali menjelaskan. Baginya, masyarakat perlu sadar bahwa menjadi cantik bukan proses yang instan dan harus membohongi diri sendiri dengan memakai barang yang mengandung zat-zat berbahaya. Bagi saya, menjadi cantik adalah saat manusia bisa menjadi dirinya sendiri secara natural,”
“Satu hal lagi, jangan terlalu mencintai produk luar. Cintailah produk lokal atau dalam daerah sendiri. Dengan membeli produk lokal, maka itu akan memberikan dampak yang lebih besar dari apa yang pernah dibayangkan sebelumnya,” saran dari Septia.
Oganic berdiri pada tahun 2020, tepat saat Pandemi Covid-19. Saat itu, Septia menyadari bahwa isu kesehatan menjadi sangat genting. Momentum tersebut kemudian membuat Septia tersadar untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama, yaitu menggencarkan suatu industri, dalam hal ini adalah kecantikan, tanpa harus merusak lingkungan.
Berita Terkini:
- Banjir Bandang Terjang Pulau Sumbawa, Nestapa di Ujung Tahun 2024
- Penetapan NTB sebagai Tuan Rumah PON 2028 Masih Tunggu SK Kemenpora
- Kabid SMK Terjaring OTT Seret Nama Kadis Dikbud NTB
- Siswi SMAN 1 Mataram Bawa Tim Hockey Indonesia Juara Asia
Selanjutnya, Septia juga ikut menceritakan kisah personal. Ia pernah terlibat dalam acara Jejak Petualang milik Trans 7. Dari Jejak Petualang, ia punya kesempatan untuk berkeliling Indonesia kemudian melihat kekayaan alam yang ada.
Berdasarkan hal-hal yang telah ditemukan semasa Jejak Petualang, ia mendapati bahwa orang dari luar terlalu banyak menikmati kekayaan alam Indonesia.
“Selama ini, saya melihat bahwa Indonesia terlalu banyak mengirim komoditas barang mentah, tanpa ada industrialisasi. Hal itulah yang kemudian mendorong saya untuk setidaknya membuat satu gerakan industrialisasi tanpa harus merusak alam di Lombok, NTB,” tutup Septia. (GSR)