Salah satu ritel modern yang menjual beras SPHP, Fajri mengatakan stok beras tersebut kosong, dan kembali di isi minggu depan. Selain itu, ritel modern hanya mendapatkan lima karung per Minggu.
“Kalau di sini, seminggu sekali dapat jatah beras SPHP dan lima karung, itu langsung habis sekali masuk barang,” terangnya.
Oleh karena itu, Fajri meminta kepada pemerintah agar pendistribusian beras SPHP lebih banyak digelontorkan agar masyarakat tidak bingung membeli beras.
Bagaimana dengan Lombok Timur?
Para pedagang dan agen di Lombok Timur menyebut harga beras masih tinggi sampai saat ini.
Berita Terkini:
- Ketua Relawan Zul Suhaili Milenial Ucapkan Selamat kepada Iqbal – Dinda, Ajak Kawal Kebijakan Gubernur Terpilih
- Banjir Bandang Terjang Pulau Sumbawa, Nestapa di Ujung Tahun 2024
- Penetapan NTB sebagai Tuan Rumah PON 2028 Masih Tunggu SK Kemenpora
- Kabid SMK Terjaring OTT Seret Nama Kadis Dikbud NTB
Misalnya pedagang di Pasar Masbagik, Mariana, mengatakan harga beras jenis biasa masih di angka Rp13.500 per kilogram. Sedangkan beras super sudah Rp17.00 per kilogram.
Belum ada kalau penurunan harga. Masih dia (harga beras) tinggi,” kata Mariana, Jumat, 1 Maret 2024.
Hal senada juga disampaikan seroang agen beras asal Kecamatan Sakra, Ruhaili. Ia bahkan mengatakan kini harga beras semakin meroket.
“Makin naik malahan sekarang. Yang biasa itu Rp14.000, yang super Rp17.000 per kilogram,” ucap Ruhaili.
Ia pun membeberkan, harga beli beras di tempat penggilingan juga sangat tinggi, yaitu Rp16.500 per kilogram untuk beras super.
Ia juga menilai bahwa distribusi beras Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog tidak berimbas banyak dalam penstabilan harga beras di Lombok Timur. (MYM/WIL/MKR)