Hilirisasi Rumput Laut di Pulau Lombok Terganjal Sistem Ijon
Mataram (NTBSatu) – Hilirisasi komoditi rumput laut di Pulau Lombok mulai digalakkan oleh pemerintah. Salah satunya yang telah dibangun, yakni perusahaan pengolah rumput laut menjadi biofuel, selaput kapsul, dan bubur di Teluk Ekas, Kabupaten Lombok Timur.
Kabarnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves), Luhut Binsar Pandjaitan akan meninjau hilirisasi produksi rumput laut tersebut pada 29 Februari 2024.
Hilirisasi produksi rumput laut ini dianggap menjadi angin segar, karena para petani tidak perlu lagi menjual hasil panennya ke luar daerah dengan harga murah.
Namun, yang perlu diingat oleh pemerintah, bahwa sebagian petani atau pembudidaya rumput laut di Pulau Lombok selalu terjerat sistem ijon.
Mereka tidak bisa menjual rumput laut secara bebas, karena modal budidaya diberikan oleh perorangan. Sehingga, mereka harus menjualnya ke orang yang memberikan pinjaman dan membuat harga jualnya cepat berubah.
Berita Terkini:
- Gubernur Iqbal Pastikan Proyek IJD di Sumbawa Masuk Skema Multiyears
- Minat Umrah Tinggi, Pemprov NTB Upayakan Buka Rute Penerbangan Baru Lombok – Jeddah
- Bareskrim Turun Tangan, Kasus Tambang Ilegal di Lobar Ditegaskan Berlanjut
- Tanggapi Sanksi Etik Jelang Pemilihan Rektor Unram, Prof. Hamsu Siapkan Langkah Hukum
“Ini yang menjadi tantangannya ketika ingin meningkatkan nilai jual rumput laut dengan adanya hilirisasi. Tantangan lainnya, nelayan juga sudah merasa nyaman dengan kondisi seperti itu,” kata Peneliti Pusat Ekonomi dan Bisnis Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) NTB, Supiandi, Jumat, 23 Februari 2024.
Sebab, dirinya pernah membawa seorang investor yang akan mengolah rumput laut menjadi barang setengah jadi. Pola bisnis yang ditawarkan sang investor pun mendapat respons baik para petani rumput laut di Desa Seriwe, Kabupaten Lombok Timur.



