Daerah NTB

Permintaan Tinggi, Produksi Kopi NTB Tak Menentu

Mataram (NTBSatu) – Kopi menjadi komoditas primadona sejak lama. Di banyak tempat, terjadi tren tumbuhnya bisnis tempat ngopi.

Permintaan kopi yang tinggi tak hanya dari dalam daerah, namun buyer luar negeri juga mengincar kopi NTB, terutama dari negara Korea.

Bahkan salah satu buyer yang meminta kopi Lombok sampai intens datang ke Lombok untuk melakukan pembinaan terhadap para petani kopi. Agar pasokan yang diminta tetap terpenuhi.

Di balik peluang ini, ada hulu yang dilupakan. Kopi belum menjadi komoditas utama yang mendapat perhatian khusus seperti halnya padi.

Padahal, kopi menjanjikan keuntungan ekonomi tidak kecil jika serius digarap.

Karena itu, ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bersama agar kopi kita tetap menjadi primadona dari hulu ke hilir.

Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, H. Achmad Rifai tak menapik, jika tren produksi kopi di NTB tiap tahunnya masih jauh dibandingkan padi.

Namun di balik itu, sambung Rifai, pemerintah tetap memperhatikan yang menjadi kebutuhan para petani kopi tersebut.

Misalnya pemerintah tetap mengedukasi petani terkait bagaimana budidaya yang baik dan benar, pengolahan pasca-panennya, dan memfasilitasi peralatan pasca dan panen kopi.

Baca Juga: Penanganan Pengungsi Rohingya di Indonesia: Tantangan dan Solusi

“Pemerintah dengan keterbatasan juga menyediakan bibit gratis. Tentunya sesuai dengan ketentuan, untuk sementara dana dari APBN,” kata Rifai dikonfirmasi NTBSatu, pada Minggu, 21 Januari 2024.

Adapun kopi yang dibudidaya oleh para petani Lombok memiliki dua jenis, yakni kopi robusta dan arabika.

Berdasarkan data Distanbun Provinsi NTB pada tahun 2022, produksi kopi di NTB secara keseluruhan mencapai 6.384, 35 ton per tahun. Rinciannya, Kopi Robusta sebesar 5.466,91 ton per tahun dan kopi arabika sebesar 917,44 ton per tahun.

“Tren produksi kopi tiap tahunnya tidak menentu. Ini sudah angka tetap 2022, untuk data 2023 belum ada angka tetap masih dalam pembahasan,” ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan kabupaten dan kota. Kabupaten Sumbawa menjadi daerah dengan produksi kopi robusta terbesar, yakni 1.972,96 ton per tahun. Kemudian disusul Kabupaten Dompu sebesar 824,83 ton per tahun.

Pada posisi ketiga yaitu Kabupaten Lombok Tengah sebesar 695,79 ton per tahun. Kemudian Kabupaten Lombok Utara 679,34 ton per tahun. Lombok Timur 424, 81 ton per tahun. Lombok Barat 267,21 ton per tahun.

Selanjutnya Kabupaten Bima 351,78 ton per tahun. Sumbawa Barat sebesar 144, 76 ton per tahun. Terakhir Kota Bima sebesar 5,25 ton per tahun.

Sementara itu, untuk jenis komoditi Kopi Arabika, hanya dua daerah yang membudidaya jenis kopi tersebut yakni Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah produksi sebesar 610,25 ton per tahun dan Kabupaten Sumbawa sebesar 307,19 ton per tahun.

“Kota Mataram menjadi satu-satunya daerah yang tidak membudidaya tanaman kopi, baik itu kopi robusta maupun arabika,” tutupnya. (MYM)

Baca Juga: Bahasa Sebagai Pintu Gerbang Otak: Pengaruh Yang Mendalam

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN
Back to top button