Waspada, NTB Masuk Daerah Potensial Cuaca Ekstrem selama 9-15 Januari 2024
Selain itu, BMKG dengan sigap segera mengeluarkan ‘Peringatan Dini’ cuaca ekstrem agar masyarakat yang berdomisili di wilayah tersebut dapat lebih berhati-hati.
Sebab, dampak yang dapat ditimbulkannya adalah banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan
“PERINGATAN DINI: Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll),” tulis BMKG.
Adapun 4 faktor pemicu cuaca ekstrem disinyalir imbas dari fenomena atmosfer menjadi penyebab terjadinya cuaca ekstrem tersebut, antara lain:
- Gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) yang aktif pada kuadran 3 (Samudera Hindia), yang “menunjukkan kondisi yang signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.”
- Aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial yang diprakirakan aktif di wilayah Jawa bagian barat, Maluku Utara, Papua bagian tengah hingga selatan dalam sepekan ke depan.
- Gelombang atmosfer Kelvin yang aktif di sebagian Sumatra bagian selatan, Jawa bagian utara dan barat, Kalimantan bagian timur, Sulawesi bagian utara, Maluku Utara, dan Papua bagian utara dan selatan hingga sepekan ke depan.
- Sirkulasi Siklonik yang terpantau di Samudera Hindia sebelah barat daya Bengkulu, perairan barat Kalimantan Barat, dan di Australia Bagian Utara.
Berita Terkini:
- Rizki Juniansyah Pecahkan Rekor Dunia dan Sabet Emas SEA Games 2025
- Lahan Kurang dari 10 Are, Puluhan Koperasi Merah Putih di Mataram Tunggu Regulasi Pusat
- Pemkab Lotim Minta Semua Kades Penuhi Aturan Menteri Purbaya Cairkan Dana Desa
- Stok Daging di Sumbawa Dipastikan Aman Jelang Nataru
Fenomena ini membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang di Samudra Hindia Barat Lampung, dari Kepulauan Riau hingga Bangka Belitung, Kalimantan Barat, dan dari Laut Arafuru hingga Perairan Utara Australia.
Daerah konvergensi lainnya lainnya terpantau memanjang dari Aceh hingga Sumatra Barat, dari Sumatra Barat hingga Bengkulu, dari Riau hingga Lampung, dari Banten hingga Jawa Barat, dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur;
Dari Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Selatan, dari Sulawesi Selatan hingga Sulawesi Tenggara, di Papua Barat, dan di Papua.
Sementara, daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau di Samudra Hindia barat Sumatra, dari Laut Cina Selatan hingga Laut Natuna, di Laut Flores, di Laut Banda, dan di Laut Arafuru. (STA)



