Dompu (NTBSatu) – Senator Evi Apita Maya menggelar Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Dompu, NTB. Kegiatan tersebut menggandeng Pemuda Pancasila Kabupaten Dompu yang digelar di Gedung Wanita Kabupaten Dompu, Sabtu, 16 Desember 2023.
Acara tersebut menghadirkan mahasiswa, perwakilan organisasi kemasyarakatan dan pemuda (OKP), pemuda desa hingga tokoh agama dan tokoh masyarakat di Dompu.
Dalam pemaparan, Evi Apita Maya menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan sangat penting dilakukan oleh para anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk mengingatkan kembali pentingnya empat pilar kebangsaan kepada generasi bangsa.
“Kegiatan Empat Pilar Kebangsaan ini adalah kegiatan wajib bagi para anggota MPR untuk mengingatkan kembali pada para generasi bangsa bahwa begitu pentingnya empat pilar ini bagi keberlangsungan kita semua,” katanya.
Evi mengajak generasi bangsa untuk terus menjaga harmonisasi sosial, budaya dan kebiasaan atau tradisi yang dimiliki. Dengan demikian maka generasi dapat mengenal identitas mereka.
Berita Terkini:
- Menelusuri Jejak PMI Legal di Malaysia: Rindu Bekerja di Kampung Sendiri, Titip Pesan untuk Gubernur NTB Terpilih
- Dua Mahasiswa Ummat Borong Juara Kompetisi Canva Tingkat Nasional
- Kunker ke Surabaya, Komisi III DPRD NTB Nilai Perubahan Perda Penyertaan Modal Mendesak
- Diskursus Vol VI Overact Theatre, Menguak Sejarah Teater Kamar Indonesia
“Penting sekali untuk kita menjaga harmonisasi sosial, menjaga budaya dan kebiasaan baik yang kita miliki. Dengan menjaga itu semua, berarti kita sudah menjaga tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar dia.
Senator yang kembali mencalonkan diri pada Pileg DPD RI ini mengatakan, dengan menjaga adat, budaya dan etika berarti telah menjaga kehidupan bernegara dan berbangsa.
“Jika kita menjaga adat dan budaya, menjaga etika dan kerukunan berarti kita sedang mempertahankan kehidupan negara dan bangsa kita,” katanya.
Dia mengatakan, suatu negara dapat dihancurkan oleh para penjajah dengan terlebih dahulu merusak budaya, kebiasaan dan adat nenek moyang. Dengan begitu pondasi dasar masyarakat akan ikut terkikis, sehingga para penjajah dapat menancapkan bendera mereka.
“Orang akan mengganggu kita dari sisi budaya dan kebiasaan. Bila ingin menghancurkan suatu negara, maka serangan utama bagi penjajah adalah dengan merubah budaya, menjauhkan kita dari budaya dan kebiasaan nenek moyangnya,” ujarnya.
“Dengan demikian generasi di masa yang akan datang tidak akan lagi tahu dan paham tentang dari mana asal-usulnya,” sambung senator berparas cantik ini.
Narasumber lainnya, Ilyas Yasin, M.Pd mengatakan empat pilar merupakan sebuah keniscayaan yang harus dipertahankan bangsa ini.
“Berbicara tentang empat pilar sesungguhnya ada rasa cinta dan kasih sayang di dalamnya. Bila kita sadari berkehidupan berbangsa dan bernegara di tanah air ini, empat pilar adalah sebuah keniscayaan yang harus dijaga dan dicintai, sama seperti ketika kita ingin mempertahankan hubungan kita dengan pasangan kita,” katanya.
“Bila ingin langgeng, maka harus dijaga dan saling menghargai. Demikian juga dengan kehidupan berbangsa ini. Kita harus jaga empat pilar kebangsaan ini dalam kerangka Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika,” sambungnya.
Dia berharap generasi bangsa untuk terus menjaga empat pilar kebangsaan untuk mempertahankan pondasi berbangsa dan bernegara.
“Menjaga empat pilar kebangsaan, mengokohkan empat pilar dalam hati dan kehidupan kita berarti kita sedang menjaga dan mengokohkan kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata dia.
Banyak pertanyaan dari para peserta yang dijawab lugas oleh para narasumber di sosialisasi tersebut. Sebagian besar peserta bertanya soal mengapa Pancasila harus menjadi dasar bernegara, mengapa banyak program pemerintah yang dinilai mempersulit masyarakat, termasuk kondisi pupuk yang langka dan bahan kebutuhan pokok yang naik. Juga, konflik sosial yang terus muncul di masyarakat, misalnya teror panah misterius.
Peserta juga berharap Evi Apita Maya dapat memperjuangkan nasib para guru. Setelah banyak membantu guru P3K, peserta juga berharap agar memperjuangkan juga nasib tenaga administrasi sekolah non-pendidik, karena mereka memiliki andil dalam mendidik generasi bangsa menjadi lebih baik. (HAK*)