Mataram (NTBSatu) – Ketiga pasangan capres dan cawapres 2024 kompak tebar janji untuk membidik pertumbuhan ekonomi di kisaran 6-7 persen jika kelak memenangi Pilpres 2024.
Berdasarkan penelusuran NTBSatu, Jumat, 15 Desember 2023, paslon nomor urut satu, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level 5,5-6,5 persen.
“Efisiensi anggaran dengan memprioritaskan belanja produktif dan menekan belanja non-produktif untuk menghasilkan ruang fiskal yang lebar dan pertumbuhan PDB rata-rata sebesar 5,5- 6,5 persen per tahun,” bunyi visi misi Anies dan Cak Imin.
Adapun pasangan nomor urut dua, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengatakan, untuk mencapai target Indonesia Emas 2045, koalisinya mencantumkan angka pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 6-7 persen pada dokumen visi misi mereka.
“Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, mulai tahun 2025 dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di angka 6 persen hingga 7 persen,” ungkap Prabowo dan Gibran dalam visi misinya.
Berita Terkini:
- Survei PRESiSI: Elektabilitas Najmul – Kus Jauh Tinggalkan Dua Pesaingnya
- Survei SPIN: Elektabilitas Muchsin Effendi – Junaidi Arif Lewati Najmul – Kus di Pilkada Lombok Utara
- Enam Ekor Sapi Warga di Bima Tersambar Petir, Kerugian Capai Rp30 Juta
- Pengamat Prediksi AQUR akan Menang di Pilkada Kota Mataram
Sementara, Ganjar Pranowo-Mahfud MD menjanjikan janji pertumbuhan ekonomi 7 persen. Pasangan nomor urut tiga ini bertekad untuk mengenjot pertumbuhan industri manufaktur di kisaran 7,5-8 persen, serta mendukung hilirisasi sumber daya algam RI dan pengembangan UMKM, sebagai langkah utama untuk mencapai perolehan pertumbuhan ekonomi tersebut.
“Pengembangan Digital ekonomi, upskilling SDM, industrialisasi bernilai tambah, dan pendidikan unggul,” jelas Ganjar-Mahfud.
Menyoroti hal tersebut, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian Indonesia sudah seharusnya tumbuh di kisaran 6 persen hingga 7 persen guna mencapai target menjadi high income country pada tahun 2045.
Kendati demikian, Mantan Direktur Utama Bank Dunia tersebut mengungkapkan, beragam tantangan yang harus ditaklukan, di antaranya krisis keuangan dunia, inflasi tinggi, kondisi geopolitik, hingga perubahan iklim.
Maka dari itu, pertumbuhan ekonomi 6-7 persen harus diikuti oleh defisit fiskal yang terjaga rendah.
“Pertumbuhan 6 per hingga 7 persen ini tentunya memerlukan kombinasi kebijakan fiskal, tidak boleh hanya berasal dari sumber daya pemerintah. Indonesia tidak bisa memiliki pertumbuhan yang tinggi tapi dengan defisit yang juga tinggi. Ini tidak akan berkelanjutan,” beber Sri Mulyani dalam kuliah umum di Australia National University, dikutip Jumat, 15 Desember 2023. (STA)