Mataram (NTBSatu) – Sejumlah asosiasi pariwisata menyatakan sikap menolak kehadiran PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). Asosiasi pariwisata seperti ASITA, ASTINDO, PHRI dan ASPPI, menilai ITDC gagal mengelola KEK Mandalika dalam dua tahun terakhir.
Disebut, tenaga lokal yang diserap ITDC hanya 10 persen. Belum lagi ITDC disebut tidak pernah melibatkan asosiasi pariwisata untuk diskusi mengembangkan pariwisata Mandalika.
Managing Director ITDC Mandalika 2019-2020, I Wayan Karioka menilai sangat tidak elok jika kalimat bernada mengusir dilontarkan. Padahal semestinya ITDC dan asosiasi pariwisata dapat menjadi partnership dalam memajukan pariwisata NTB.
“Kalau mengusir-usir itu posisinya seperti orang yang punya otoritas. Padahal mestinya kita partnership, saling mengisi. Apa sih kekurangan ITDC, apa yang kita punya, itu namanya partnership,” kata Waka sapaan akrab Wayan Karioka, Sabtu, 2 Desember 2023.
Apalagi, kata Caleg DPR RI Dapil NTB II No Urut 8 ini, pariwisata memiliki terminologi keramahtamahan. Mengusir bukan menjadi terminologi pariwisata.
Berita Terkini:
- Asosiasi Pedagang Perajin Mutiara Lombok Persoalkan Lapak Mutiara WNA China
- Bang Zul Contoh Kepemimpinan Lee Kuan Yew: Investasi di Pendidikan
- Program Beasiswa NTB dan Industrialisasi, Bang Zul Terinspirasi dari Lee Kuan Yew
- Hendri Satrio: Bang Zul Harus Tuntaskan Dua Periode untuk Keberlanjutan Pembangunan NTB
“Apalagi di dunia pariwisata terminologi keramahtamahan, servis yang baik itu perlu dijaga. Usir mengusir bukan terminologi di pariwisata. Mestinya posisi kita saling mengisi,” ujarnya.
Menanggapi pernyataan asosiasi pariwisata yang menyebut kunjungan wisatawan belum signifikan di Lombok, Waka berpendapat angka wisatawan dapat dilihat melalui event yang digelar oleh ITDC sebagai trigger pariwisata Lombok.
“Itu bisa dibaca dari event-event yang sudah dilaksanakan, jadi walaupun dari rencana memang dua event besar kan ITDC sudah menggelar event-event lain, ada Porsche, banyak yang sudah dilaksanakan dalam mengoptimalkan potensi infrastruktur yang sudah ada,” ujar dia.
Sementara, pendapat asosiasi yang mengatakan penyerapan tenaga kerja lokal baru di angka 10 persen, Waka menepisnya. Dia mengatakan saat bertugas di ITDC, penyerapan tenaga kerja lokal sudah 40 persen. Sementara saat ini berdasarkan keterangan ITDC, sudah 45 persen.
“Pada saat saya di situ sudah 40 persen. Sekarang 45 persen. Bisa dicek di sana,” ujarnya.
Meski demikian, Karioka mengatakan bisa jadi skup kerja turun yang berimbas pada kuantitas penyerapan tenaga kerja. Namun itu bersifat dinamis dan bisa kembali ramai saat ada event.
“Mungkin memang karena skup kerja turun sehingga yang dibutuhkan turun secara kuantitas. Jadi jangan dilihat tetap terus. Biasanya ITDC menyesuaikan tidak sama setiap saat,” kata Waka.
Lepas dari polemik tersebut, Waka menganjurkan asosiasi pariwisata dan ITDC duduk bersama dengan difasilitasi Pemprov NTB yang dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata. Melalui dialog bisa membangun sinergi antara asosiasi pariwisata dan ITDC.
“Tapi intinya lebih baik buka dialog. Pertemukan antara ITDC dengan asosiasi pariwisata lewat fasilitator pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata, sehingga kita tahu kurang lebihnya. Apa yang perlu ditambah, diisi, lihat kekurangan atau saran,” katanya. (HAK*)