Lombok Timur (NTBSatu) – Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Sugian, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur mulia berhenti melakukan ekspor mete gelondongan ke luar negeri. Alasannya, karena tak memberikan keuntungan bagi pertani.
Selain itu, ungkap perwakilan KWT Sugian, Handedi, ekspor mete gelondongan itu juga tidak sejalan dengan visi KWT yang mendorong hilirisasi.
“Tahun ini kita akhiri untuk mitra ekspor. Karena ekspor itu dia minta gelondongan, itu tidak ada keuntungan,” kata Handedi, Rabu, 3 Oktober 2024.
Saat ini, lanjut Handedi, KWT Sugian sudah mulai banyak membuat produk olahan mete. Hal itu guna menambah nilai jual dari mete olahan mandiri.
“Tujuannya untuk menambah nilai jual dan pemberdayaan. Kalau kita kasih ke pihak kedua (agen) ekspor, semuanya habis. Jadi anggota KWT tidak ada kerjaan,” ungkapnya.
Sebelumnya, pihaknya mengekspor habis hasil panen mete gelondongan ke dua negara. Yaitu Taiwan dan Hongkong. Dalam sekali panen, pihaknya mengekspor hingga 15 ton mete gelondongan. Lalu keuntungan dari penjualan itu, dibagi dengan agen pengekspor.
Handedi menyebut, harga mete di tingkat petani saat ini masih terbilang mahal, yaitu Rp25.000 per kilogram.
Memasuki masa panen seperti saat ini, datang tantangan bagi KWT berupa banyaknya pengepul dari luar daerah yang berdatangan membeli mete di petani.
“Kemarin banyak pemborong langsung datang, tapi kita tidak mau seperti itu. Jadi harus diolah supaya punya penghasilan,” ucap Handedi. (*)