Mataram (NTBSatu) – Manusia tidak pernah bisa memilih terlahir dari orang tua seperti apa. Lahir di keluarga kaya raya, berkecukupan, atau bahkan dari keluarga kurang mampu.
Namun, bukan berarti setiap orang lantas tidak bisa memilih jalan hidup yang akan dijalani. Seperti Muhammad Zikril Hakim, yang tidak pernah mengeluh terlahir dalam keluarga yang serba pas-pasan. Dia memilih tetap berjuang dalam keterbatasan untuk menggapai impian.
Zikril, sapaan akrabnya, hanyalah pemuda desa di pedalaman Lombok Timur sana. Ia tinggal di Dusun Dasan Baru, Desa Pringgajurang, Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur.
Ia merupakan anak ke-2 dari tiga bersaudara. Merupakan putra dari pasangan Bapak Adnan dan Ibu Sulhiah.
Dulu, sang ayah sehari-hari menjadi tukang bangunan panggilan di Kalimantan. Namun sekarang pekerjaannya hanya mengambil rumput untuk ternak sapi. Sementara istrinya membantu menopang perekonomian keluarga dengan berjualan kecil-kecilan di halaman rumahnya.
Baca Juga : Ini Janji Anies – Cak Imin untuk “Sandwich Generation” Jika Menang Pilpres 2024
Adnan mengaku, rela bolak balik Kalimantan – Lombok, hanya bekerja sebagai tukang bangunan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
“Karena tidak ada mata pencaharian di Lombok, kalau kita diam aja di sini tidak bisa kita makan. Makanya saya harus bolak balik Kalimantan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga,” kata Adnan, saat ditemui di kediamannya, Kamis,2 November 2023.
Adnan bekerja sebagai tukang bangunan sejak Zikril duduk di bangku Tsanawiyah. Kemudian ia berhenti setelah Zikril keterima di Universitas Mataram (Unram) dan langsung menetap di Lombok hingga sekarang.
Semula, Adnan bersama ibu ragu dari mana biaya kuliah anaknya. Sang Ibu rela menjual beberapa barang berharganya untuk kebutuhan biaya hidup dan sekolah Zikril.
Adnan sadar, pendidikan merupakan satu-satunya alat pemutus mata rantai kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.
Baca Juga : Kasus Kekerasan Seksual di NTB, Lombok Timur Daerah Paling Rentan