Kemudian, ia melihat track record dari partai Gerindra, menurutnya, partai berlogo kepala burung garuda itu sangat konsen agar Threshold diubah jadi 0 persen, bukan 20 persen.
“Kalau boleh dipuji, hanya Prabowo yang sejak awal konsisten menolak threshold melalui partainya partai Gerindra. Beberapa partai lain juga ikut, mereka kalah tapi mereka juga lupa pada akhirnya lubang lubang memerangkap mereka dalam pencalonan orang populer yang tidak jelas Kaderisasi nya dalam partai politik,” jelasnya.
Melihat masa pendaftaran Capres dan Cawapres semakin dekat, menurutnya, akibat dari ketidakjelasan pencalonan Presiden dan Wakil Presiden yang terlalu mengikuti kemauan pasar dan survei.
“Maka jika itu alasannya, kita tidak bisa menyalahkan Gibran atau siapa pun yang akhirnya menjadi preferensi tertinggi,” ucapnya.
“Karena beliaulah yang ada di dalam kabinet sampai kabinet ini berakhir. Sedangkan Gibran mewakili simbol persatuan antara pak Prabowo dan pak Jokowi dalam hampir lima tahun terakhir sebagai jaminan pelanjutan,” jelasnya.
Fahri juga mengomentari Gibran yang diinginkan pasar untuk mendampingin Prabowo Subianto. Menurutnya, kehendak itu tidak bisa dielakkan, akan tetapi optimisme dari Prabowo-Gibran dalam perbaikan sistem politik kedepan harus terus didukung. Secara personal, Fahri menilai Gibran merupakan kepala daerah yang penuh energi serta mengerti isu-isu eksekutif.
Berita Terkini:
- Jaksa Tahan Eks Pimpinan Cabang BSI di Lapas Lombok Barat
- Kejati NTB Angkut Eks Pimpinan BSI Cabang Mataram di Semarang Dugaan Korupsi KUR Rp8,2 Miliar
- Nelayan Sekaroh Lotim Menjerit, 10 Tahun PT Autore Diduga Merompak Mutiara Senilai Ratusan Miliar
- Polisi Minta BPKP Hitung Kerugian Negara Dugaan Korupsi Sewa Alat Berat Dinas PUPR NTB
“Sebagai Wali Kota yang mengerti isu isu eksekutif dan anak muda yang berbasis konsekuensi Jawa Tengah, maka Gibran memiliki kriteria yang lengkap dalam memenangkan pertarungan ini,” paparnya.
Sekali lagi, ia menilai, inilah sistem dan keadaan yang harus kita terima sekarang ini. Ia pun percaya Prabowo adalah yang akan memperbaikinya sehingga di masa yang akan datang basis pencalonan akan lebih mengakar pada dinamika rakyat melalui partai politik, bukan dinamika Elite melalui pasar survei yang mahal.
Menurutnya, bukan karena secara pribadi tidak punya masa depan dalam sistem seperti itu, akan tetapi karena ada banyak putra putri bangsa Indonesia yang harus difasilitasi metode pencalonannya di masa yang akan datang.
“Kemenangan Prabowo Gibran nanti, jika pencalonannya memenuhi syarat akan menjadi arah baru bagi penataan sistem berpartai ke depan. Partai politik harus kembali menjaga dapur politik dan ketatanegaraan kita,” tandasnya. (ADH)