ADVERTORIAL

BPTP NTB Optimalkan Pengelolaan Sampah Organik dan Pemanfaatannya di Tingkat Petani

Mataram (NTB Satu) – UPT Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB, yakni Balai Perlindungan Tanaman Pertanian (BPTP) menerima tamu dari Australia, yaitu MRA Consulting Group.

Dalam kunjungannya tersebut tim dari MRA Konsulting Group bersama dengan Kepala BPTP, Baiq Rahmayati didampingi oleh Kepala Seksi Hortikultura, KTU dan tim Laboratorium, membahas terkait optimalisasi pengelolaan sampah organik dan pemanfaatannya di tingkat petani.

Maya, sapaan Kepala BPTP NTB mengatakan, saat ini petani di NTB masih memiliki ketergantungan penggunaan pupuk kimia dalam bercocok tanam, baik untuk komoditas pangan maupun Hortikultura.

Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, ketika petani dihadapkan pada kenyataan kelangkaan pupuk subsidi membuat petani mulai gencar menggunakan pupuk organik sebagai solusi untuk mengatasi kelangkaan pupuk.

Baca Juga:

“Mindset petani perlahan mulai terbuka, kotoran hewan para peternak yang semula dibuang begitu saja dan mencemari lingkungan, saat ini sudah mulai diolah menjadi pupuk kompos,” kata Maya, Rabu, 21 Juni 2023.

Hal itu merupakan angin segar bagi pemerintah untuk bisa mengoptimalkan pengelolaan sampah organik. Di mana produksi sampah di NTB sangat tinggi, berkisar hingga 300 ton per hari.

“Produksi sampah yang dikirim ke TPA Kebun Kongok yaitu sebanyak 200-300 ton per hari, sementara kapasitas yang dapat di input oleh TPST kebun kongok hanya sekitar 120 ton sampah per hari. Masih ada sisa sekitar 180 ton sampah yang akan kembali ke landfill, artinya sangat diperlukan insert teknologi yang bisa mengatasi permasalahan tersebut,” jelasnya.

Dalam hal ini, MRA Consulting group berharap ada insert teknologi yang bisa dikembangkan untuk menghasilkan kompos yang mempunyai kualitas tinggi, nantinya akan ada kerjasama terkait hal tersebut dengan pemerintah provinsi NTB.

Untuk itu, BPTP NTB mengenalkan produk pertanian yang ramah lingkungan, yaitu Trichoderma yang bisa digunakan sebagai dekomposer sekaligus memberi nilai tambah, yakni melindungi tanaman dari patogen tular tanah, sebagai bioremediasi yang mendegradasi senyawa toksik dari logam berat dan pestisida. (MYM)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button