Mataram (NTB Satu) – Kesempatan lulusan SMK untuk dapat bekerja masih menjadi pekerjaan rumah dari Dinas Dikbud NTB. Pasalnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB per Agustus 2022, terdapat 11 ribu lulusan SMK yang tidak bekerja.
Hal tersebut membuat Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) NTB turut ambil andil dalam menuntaskan permasalahan lulusan SMK, melalui program teaching factory.
Diketahui, teaching factory merupakan sebuah model pembelajaran di SMK berbasis produksi atau jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.
Melalui proses pembelajaran seperti itu, para lulusan SMK nanti diharapkan dapat terserap di dunia kerja atau menjadi wirausaha melalui keselarasan pendidikan vokasi yang mendalam dan menyeluruh dengan dunia kerja.
Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Inovasi dan Teknologi Brida NTB, Lalu Suryadi, SP. MM., mengatakan, pihaknya memfasilitasi para pelajar SMK di NTB ini belajar sesuai standar dan prosedur industri bersama binaan Brida NTB.
“SMK ini sudah lama menjadi mitra kami di Brida NTB melalui teaching factory. Dengan itu, sekarang SMK ketika siswanya sudah lulus sudah memiliki satu produk atau jasa yang bisa ditawarkannya,” jelasnya kepada NTBSatu, Senin, 7 Agustus 2023.
Konsep ini hampir sama seperti yang diperuntukkan bagi perangkat daerah atau yang dikenal dengan ‘One Agency One Inovation’.
“Hanya saja namanya ‘One Student One Product‘, yang dalam bahasa Indonesia ‘Satu Siswa Satu Usaha’ untuk program SMK ini,” tambahnya.
Sehingga ketika siswa SMK ini tamat, lanjut Suryadi, mereka tidak perlu maupun tidak susah mencari kerja. “Bahknya, mereka bisa mempekerjakan orang lain dari usaha produk atau jasa yang ditawarkan dan menarik bagi masyarakat,” ujarnya.
Langkah ini pun menjadi kabar baik bagi lulusan SMK, kata Suryadi, karena kalau programnya berlanjut maka siswa SMK NTB bisa bersaing dengan yang lain.
“Karena berdasarkan data statistik, tamatan SMK kita masih menjadi persentase pengangguran terbanyak. Padahal, niat kita bangun SMK agar banyak menyelesaikan masalah pengangguran, tetapi yang terjadi sebaliknya. Maka, ini yang sedang kami upayakan agar persentasenya menurun bersama Dinas Dikbud NTB,” terangnya.
Upaya menurunkan persentase tersebut juga sebagai bentuk inovasi lahir dari kerja sama dan kolaborasi berbagai pihak.
“Menggerakkan inovasi itu tidak bisa hanya Brida sendiri, harus lintas perangkat daerah. Seperti dengan SMK ini, kami bekerja sama, berkolaborasi dengan Dinas Dikbud NTB untuk mencari solusi menuntaskan permasalahan yang ada,” tuturnya. (JEF/*)