Mataram (NTB Satu) – Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP) dan Tim dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia (RI), serta Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan mitigasi Dampak Perubahan Iklim (DPI) yang dilaksanakan tahun 2022 lalu.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Kelompok Tani (Poktan) Cahaya Mumbul, Desa Seruni Mumbul, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur, Rabu, 9 Agustus 2023.
Awalnya, kegiatan mitigasi DPI dilaksanakan tahun 2022, dari hasil monitoring di tahun 2023 ini, sudah mengalami perkembangan termasuk pengadaan kambing yang semula diberikan 25 ekor kini sudah menjadi 30 ekor dalam kondisi yang sehat.
Selain itu, anggota Poktan Cayaha Mumbul juga tetap aktif dalam mengolah kotoran kambing dengan menjadikannya barang yang bernilai ekonomis dan berguna untuk kesuburan tanaman.
Baca Juga:
- Petugas Pengamatan Sebut tak Ada Erupsi dan Gempa di Gunung Sangeangapi
- BPBD: Kebakaran Ilalang, Bukan Erupsi Gunung Sangeangapi
- Satpol PP NTB Berantas 7.612 Batang Rokok llegal di Lombok Tengah
- Pjs Bupati Sumbawa Tutup Kegiatan Latihan Bela Diri Anggota Satpol PP
Seperti mengolahnya menjadi kompos untuk digunakan memupuk jambu mete. Sehingga tanah menjadi lebih subur dan daya ikat air menjadi lebih kuat dan lama sehingga pada musim kemarau dapat menyimpan air lebih lama.
Dalam hal ini, Tim BPK berharap kegiatan ini akan terus berlangsung dan berkembang guna meningkatkan penghasilan dan ekonomi petani.
Mitigasi perubahan iklim adalah usaha pengendalian untuk mengurangi risiko akibat perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi atau meningkatkan penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi.
Adaptasi dan mitigasi DPI di tingkat usaha tani merupakan salah satu upaya pengamanan produksi tanaman pangan. Program adaptasi difokuskan pada aplikasi teknologi adaptif seperti penyesuaian pola tanam, penggunaan varietas unggul adaptif terhadap kekeringan, genangan atau banjir, salinitas dan umur genjah, teknologi pengelolaan lahan, pupuk, air dan lain-
lain. (MYM)