Lombok Utara

Sanggar Anak Gunung Gelar “Langke” di Kebun Kelapa, Meluaskan Makna Panggung Teater

G: Adakah hal lain yang mendorong Mulyadi kala menciptakan naskah Langke selain ingin membicarakan soal warisan nenek moyang?

M: Di dalam naskah Langke, terdapat seorang anak yang melangke atau memasung orang tuanya sendiri lantaran mengidap penyakit kejiwaan. Kami sering menyebut penyakit itu sebagai gejala pikun atau lebih tepatnya Alzheimer. Konon, dalam kepercayaan masyarakat Lombok Utara, terdapat unsur magis yang membuat orang-orang tua mengidap penyakit Alzheimer tersebut. Hal-hal seperti itu yang kemudian memantik saya untuk menuliskan naskah drama Langke ini.

G: Kalau memang seperti itu, artinya naskah Langke punya napas realisme magis. Apakah Mulyadi setuju dengan itu?

M: Mungkin saja memang memiliki napas realisme magis. Hanya saja, unsur magisnya mungkin cenderung tidak cukup kuat. Dalam Langke, saya juga memasukkan berbagai wacana soal ilmu hitam yang dipercaya berkembang di masyarakat. Hanya saja, saya tidak memasukkan praktik ilmu hitamnya. Saya hanya mengambil esensi dari apa yang telah dipercayai oleh masyarakat. Namun, terlepas dari semua itu, saya sebenarnya ingin mencatat ulang perihal peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi semasa hidup, terutama sewaktu kecil. Karena, sewaktu kecil, saya kerap mendapatkan cerita-cerita magis dari para tetua di kampung.

Baca Juga:

G: Poin terakhir, Adakah harapan yang ingin Mulyadi sampaikan soal kehidupan teater di Lombok Utara?

M: Dahulu, saya kerap mendapat janji dari para pemangku kebijakan yang berjanji akan mengakomodir para pegiat teater di Lombok Utara. Namun, sampai hari ini, janji hanya tinggal janji belaka. Kami tidak menampik bahwa pegiat teater memang membutuhkan sebuah ruang latihan dan pertunjukan yang layak agar makin mudah menyuarakan sesuatu. Sekali lagi, kami tidak ingin menggantukan harapan pada siapapun. Kami memang pentas di tengah kebun. Akan tetapi, bukan berarti kami tidak mampu menghasilkan karya dan mendatangkan penonton yang cukup banyak.

IKLAN

Demikianlah wawancara khusus Gilang Sakti Ramadhan dengan De Galih Mulyadi. Pada Agustus 2023 mendatang, Sanggar Anak Gunung mendapat undangan untuk pentas di Taman Budaya NTB. Sejak akhir Juni 2023, Sanggar Anak Gunung telah mempersiapkan diri untuk pentas tersebut. Namun, Sanggar Anak Gunung tidak akan menggarap Langke. Mereka akan membawakan sebuah karya baru yang menggarap perihal tragedi-komedi dengan balutan kritik. (GSR)

Laman sebelumnya 1 2 3 4

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button