Oleh: Irsan Hadiyan
(Fungsional Perencana pada Bappeda Provinsi NTB)
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Pertumbuhan Ekonomi NTB triwulan pertama 2023 yang mencapai 4,65 persen (tanpa sub kategori pertambangan bijih logam) dan 3,57 persen (termasuk sub kategori pertambangan bijih logam), angka ini sesuai dengan ekspektasi pemerintah daerah yang memproyeksikan penguatan struktur perekonomian NTB pada sektor nontambang. Selain itu, pertumbuhan ekonomi NTB secara Q-to-Q, tumbuh 0,71 persen (tanpa sub kategori pertambangan bijih logam) dan mengalami kontraksi 2,37 persen (termasuk sub kategori pertambangan bijih logam).
Secara detail Pertumbuhan Ekonomi NTB Y-on-Y pada Triwulan pertama 2023 mencapai 4,65 persen (tanpa sub kategori pertambangan bijih logam) dan 3,57 persen (termasuk subkategori pertambangan bijih logam) dapat dilihat pada gambar berikut.
Berdasarkan data Y-on-Y, yang membandingkan antara kondisi triwulan pertama 2022 dengan triwulan pertama 2023, tiga besar sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi adalah sektor konstruksi (12,76 persen), sektor perdagangan (9,07 persen), dan sektor jasa perusahaan (7,68 persen).
Sektor konstruksi didorong oleh faktor pembangunan infrastruktur pendukung industri smelter di Kabupaten Sumbawa Barat di mana progresnya telah mendekati 50 persen, meski pun pembangunan infrastruktur smelternya sendiri belum mencapai 5 persen.
Sektor perdagangan dipicu oleh meningkatnya pembelian mobil dan sepeda motor dan juga meningkatnya aktivitas di pusat-pusat perbelanjaan menyusul penghapusan PPKM. Kemudian Sektor jasa perusahaan dipicu oleh semakin mengeliatnya sektor pariwisata di mana jasa travel atau pun jasa lainnya yang terkait dengan pariwisata terus tumbuh positif.
Selain itu, beberapa sektor usaha juga mengalami kontraksi, dengan tiga besarnya adalah sektor jasa keuangan (-7,23 persen), sektor pertambangan (-0,48 persen), dan sektor informasi dan komunikasi (-0,23 persen).
Berdasarkan data Q-to-Q, yang membandingkan antara triwulan ke empat 2022 dengan triwulan pertama 2023, ekonomi NTB tumbuh (0,71 persen) (tanpa sub kategori pertambangan bijih logam) dan mengalami kontraksi (-2,37 persen) (termasuk sub kategori pertambangan bijih logam).
Tiga sektor utama yang mengalami kontraksi adalah sektor industri pengolahan (-15,23 persen), sektor administrasi pemerintahan (-13,85 persen), dan sektor pertambangan (-13,84 persen). Sektor industri disebabkan hasil pengolahan tembakau karena sudah berlalunya musim panen tembakau, sektor sdministrasi pemerintahan terkait penurunan belanja modal, dan sektor pertambangan terkait dengan menurunnya produksi konsentrat.
Sumber pertumbuhan tertinggi disumbangkan oleh sektor perdagangan dengan kontribusi sebesar 1,21 persen, kemudian sektor konstruksi dengan kontribusi sebesar 1,15persen, serta sektor pertanian dengan kontribusi 0,70 persen. Faktor-faktor utama yang memengaruhi ini telah dijelaskan pada bagian sebelumnya tulisan ini.
Kondisi ekonomi NTB seperti yang dijelaskan dalam rilis resmi BPS ini sudah mulai menciptakan kondisi yang diharapkan dalam struktur perekonomian NTB, inklusifitas pertumbuhan mulai tercipta dengan meningkatnya peran sektor selain tambang dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi NTB.
Berdasarkan data Y-on-Y, terdapat delapan sektor yang mengalami pertumbuhan di atas rata-rata pertumbuhan NTB, yakni sektor konstruksi (12,76 persen), sektor perdagangan (9,07 persen), sektor jasa perusahaan (7,68 persen), jasa kesehatan (6,54 persen), sektor akomodasi dan makan minum (5,51 persen), sektor real estate (5,29 persen), sektor jasa pendidikan (4,10 persen), dan sektor listrik dan gas (3,75 persen).
Secara struktur, sektor pertambangan masih pada posisi kedua dengan kontribusi sebesar 19,59 persen di bawah sektor pertanian (22,12 persen). Masih dibutuhkan usaha yang serius dari pemerintah daerah untuk bisa meningkatkan kontribusi sektor lainnya. pertumbuhan yang tinggi menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi, terutama untuk sektor utama yang menjadi prioritas daerah, sektor industri, pariwisata, serta sektor pendukungnya, pertumbuhan yang dicapai harus di atas pertumbuhan ekonomi secara umum.
Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dicapai, dibutuhkan sinergi dan kerja cerdas, serta kemauan yang kuat dari semua pemangku kepentingan. Oleh karena itu, sektor-sektor yang terkait akan didorong dan diarahkan untuk memacu pertumbuhan.
Selain itu diperlukan strategi yang lugas dan terarah, terutama untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang dapat menyebabkan kontraksi pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau pun parsial pada masing-masing sektor.
Tingginya pertumbuhan 3 sektor (sektor konstruksi, sektor perdagangan, dan sektor jasa perusahaan) merupakan momentum yang harus tetap dijaga ke depannya. Sektor konstruksi masih akan terus bergerak maju mengingat masih belum tuntasnya pembangunan industri smelter dan pendukungnya.
Sektor perdagangan diperkirakan masih akan terus bergerak positif terutama pada triwulan kedua 2023 dengan adanya berbagai event dan kegiatan pada triwulan tersebut. Kemudian sektor jasa perusahaan juga diperkirakan akan terus melanjutkan tren postifnya terutama dengan antusiasme masyarakat untuk berwisata menjelang libur hari raya dan libur sekolah, termasuk antusiasme masyarakat untuk melaksanakan ibadah umroh.
Sayangnya masih terjadi kontraksi pada beberapa sektor, terutama ketika berbicara dengan basis data Q-to-Q. Sektor industri pengolahan (-15,23 persen), utamanya disebabkan oleh penurunan yang cukup tinggi pada produksi hasil pengolahan tembakau, sesuai dengan pola musiman yang selalu turun pada triwulan pertama karena biasanya panen tembakau terjadi pada triwulan ketiga atau triwulan keempat setiap tahun sehingga perhitungan pertumbuhan produksinya lebih tepat dengan pola tahun kalender.
Sektor administrasi pemerintahan (-13,85 persen), kontraksi ini disebabkan banyaknya pelaksanaan belanja padatriwulan terakhir setiap tahun, hal ini memerlukan pengaturan kembali arus kas APBD dan pelaksanaan belanja daerah agar lebih memperhatikan jadwal dalam arus kas sehingga tidak terjadi penumpukan pada triwulan keempat. Serta sektor pertambangan (-13,84 persen), produksi konsentrat yang dihasilkan PT. AMMAN Mineral seringkali fluktuatif, sehingga perlu diatur pola produksi konsentrat tambang agar tidak terjadi fluktuasi yang terlalu ekstrem.
Secara keseluruhan, kinerja ekonomi NTB pada triwulan pertama tahun 2023 ini masih belum menampakkan kinerja yang optimal, meski pun beberapa sektor telah menunjukkan kinerja yang cukup memuaskan. Optimisme tetap harus terjaga, bekerja dan bersinergi efektif untuk menciptakan produktivitas yang lebih tinggi. masih dibutuhkan kerja keras pada triwulan-triwulan berikutnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan distribusi yang semakin merata dan proporsional pada seluruh sektor perekonomian.
Dengan demikian pada triwulan-triwulan berikutnya diharapkan dapat tercipta kondisi stabilitas serta pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkualitas pada perekonomian daerah, dan tentunya yang paling utama adalah dapat dirasakan manfaatnya secara riil oleh masyarakat. (*)