Mataram (NTB Satu) – Memperingati Hari Buku Sedunia (World Book Day) yang jatuh pada 23 April ini, Komunitas LoRA (Lombok Read Aloud) mengajak Masyarakat Lombok untuk meningkatkan budaya baca agar lebih menyenangkan lewat membaca nyaring.
“Hari Buku Sedunia ini dapat kita jadikan momentum, khususnya para orang tua agar memaknainya dengan praktik membaca nyaring ke anak. Cukup luangkan 10 -15 menit secara rutin setiap hari untuk membacakan nyaring ke anak dengan bahasa yang sederhana, intonasi dan ekspresi yang menarik sehingga tumbuh pola pikir kalau buku itu sebagai sesuatu objek yang menyenangkan,” terang Kurnia Wijiastuti, Co Founder Read Aloud Lombok.
LoRA aktif melakukan sosialisasi pada orang tua dan Guru PAUD/TK/SD di Pulau Lombok akan pentingnya membacakan nyaring untuk anak. Sejak November 2020 komunitas ini memiliki 78 anggota aktif yang Mayoritasnya Ibu – ibu.
Read-Aloud atau dalam bahasa Indonesia diartikan dengan membacakan nyaring, merupakan salah satu metode membacakan buku untuk anak.
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Jim Trelease dalam bukunya The Read Aloud Handbook. Melalui kegiatan ini otak anak akan dirangsang sehingga dapat mengasosiasikan membaca sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan dan mampu menciptakan pengetahuan yang menjadi dasar bagi si anak untuk membangun koleksi kata/kosakata (vocabulary) serta memberikan cara membaca yang baik (reading role model).
Menelik permasalahan di lapangan, Menurut Rapor Pendidikan, Hasil Asesmen Nasional Tahun 202 menunjukkan rata – rata kemampuan literasi dan numerasi sekolah di NTB berada dibawah kompetensi minimum. NTB juga menempati posisi kedua setelah Papua untuk jumlah penduduk buta huruf terbanyak untuk usia 15 – 59 (2021/2022) sebesar 12,61 persen.
“Perlu kita ketahui, saat usia emas (golden age), yaitu usia 0-5 tahun, anak akan dapat menyerap dengan sangat cepat. Kita sebagai orang tua maupun pengajar memiliki kewajiban untuk mengajarkan anak membaca di usia dini, tetapi tidak membuat anak stres bahkan terbebani untuk harus bisa membaca. Jadi yang dilakukan itu bukan membuat anak bisa membaca, tapi membuat anak suka membaca,” tambahnya.
Nia berpendapat bahwa selain guru, peran serta orang tua itu sangat penting. Semangat membaca anak akan terwujud jika orang tuanya meneladani perilaku gemar membaca.
“Kita tidak bisa main nyuruh anak untuk suka baca, kalau yang nyuruh saja tidak suka membaca,” pungkasnya. (STA)