Bank Sampah NTB Mandiri Konsisten Kreasikan Sampah yang Tak Diterima Pemulung

Mataram (NTB Satu) – Untuk menyukseskan program NTB Zero Waste dan NTB Zero Emission 2050, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB senantiasa mengajak berbagai komunitas lingkungan dan bank sampah yang di NTB untuk berkolaborasi. Pada kegiatan Gebyar Pilah Sampah beberapa waktu lalu, Dinas LHK NTB mengajak Bank Sampah NTB Mandiri untuk ikut terlibat.

Staf Bank Sampah NTB Mandiri, Maryam mengatakan, Bank Sampah NTB Mandiri telah berdiri sejak tahun 2011. Pada awalnya, Bank Sampah NTB Mandiri hanya menjalankan gerakan kecil untuk memilah-milah sampah dari rumah yang bertujuan membantu perekonomian masyarakat. Karena masyarakat makin meminati gerakan Bank Sampah NTB Mandiri, Maryam dan kawan-kawan akhirnya menyewa sebuah tempat khusus untuk menabung sampah bagi nasabah.

“Untuk satu kilogram bungkus kopi, kami memberi harga Rp10.000, kemudian untuk bekas bungkus sabun cuci dan minyak goreng, kami memberi harga sebesar Rp5.000 per satu kilogram. Bank Sampah NTB Mandiri menerima seluruh jenis sampah plastik yang tidak laku apabila dijual kepada pemulung,” ungkap Maryam, Kamis, 23 Februari 2023.

Kehadiran Bank Sampah NTB Mandiri di Gebyar Pilah Sampah bertujuan untuk mendorong masyarakat agar tidak lagi membuang sampah secara sembarangan. Selain itu, Bank Sampah NTB Mandiri hadir di Gebyar Pilah Sampah bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat bahwa sampah dapat dikelola menjadi produk-produk kerajinan, pupuk cair, dan lain-lain.

“Kami sangat semangat ketika hadir di Gebyar Pilah Sampah. Karena, dapat membantu serta mengedukasi masyarakat soal tata kelola sampah yang baik dan benar. Misalnya, seperti bungkus kopi yang nampak tidak berarti. Alih-alih dibuang, bungkus kopi yang dimiliki masyarakat sebaiknya ditabung saja kepada kami,” sebut Maryam.

Bank Sampah NTB Mandiri juga menjual barang yang bahan dasarnya berasal dari para mitra kerja. Bank Sampah NTB Mandiri menjual produk hasil olahan sampah dari harga Rp50.000 hingga Rp400.000. Harga dari masing-masing produk ditentukan dari ukuran suatu barang.

“Mengelola sampah merupakan tindakan yang harus berasal dari diri sendiri. Kalau niat untuk mengelola sampah tidak datang dari diri sendiri, saya yakin setiap tindakan pengelolaan sampah akan terasa berat. Perlu diketahui, makin banyak masyarakat, maka makin banyak juga volume sampah yang tersedia,” tandas Maryam.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Julmansyah S.Hut., M.Ap., mengatakan, Gebyar Pilah Sampah adalah edukasi untuk menguatkan pikiran tata kelola soal sampah yang dapat membuat NTB Bebas Emisi pada tahun 2050 makin nyata untuk diraih.

Selain itu, Gebyar Pilah Sampah adalah acara yang melibatkan pengunjung dalam skala yang banyak. Gelaran tersebut hendak memperlihatkan soal betapa beragamnya praktik-praktik pengelolaan sampah yang dapat menjadi strategi menyukseskan NTB Zero Waste.

“Di dalam acara ini, ada 40 pihak yang terlibat, yaitu komunitas, sekolah, dan kelompok yang memiliki strategi tersendiri untuk mengelola sampah di tempatnya masing-masing. Saya melihat bahwa 40 pihak tersebut telah dapat menjadikan sampah sebagai sumber daya utama untuk mencukupi kehidupan,” ungkap Julmansyah.

Julmansyah memilih banyak jenis tata kelola sampah agar masyarakat yang hadir dapat melihat dan meniru aneka jenis pengelolaan sampah yang ada di dalam Gebyar Pilah Sampah. Ia mengharapkan agar spirit mengenai sampah adalah sumber daya dapat ditularkan kepada masyarakat luas.

Disinggung mengenai keterlibatan siswa-siswi di Gebyar Pilah Sampah, Julmansyah menjawab, siswa-siswi yang hadir di dalam Gebyar Pilah Sampah kelak akan menjadi dewasa. Dengan pengetahuan yang benar soal tata kelola sampah, maka siswa-siswi tersebut akan menjadi orang tua yang dapat mengajarkan soal penanganan sampah yang baik di masa depan. Dinas LHK NTB telah mengarahkan agar siswa-siswi di NTB dapat bermitra dengan Bank Sampah yang ada di sekitar sekolahnya.

“Kami mengharapkan agar gerakan pemilahan sampah berbasis sekolah dapat menjadi hal yang baik dan ditiru oleh masyarakat NTB. Dengan melibatkan 3000 siswa-siswi, saya mengharapkan gaung dari Gebyar Pilah Sampah dapat menyebar hingga ke daerah yang paling jauh di NTB, atau daerah-daerah yang belum data mengikuti acara,” pungkas Julmansyah. (GSR)

Exit mobile version