Mataram (NTB Satu) – Sebagai daerah yang menargetkan untuk terbebas dari emisi pada tahun 2050, NTB memiliki segudang inovasi serta strategi untuk menyukseskan target tersebut. Bahkan, untuk menyukseskan target tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB dibantu oleh beberapa kalangan, salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang.
Pada Gebyar Pilah Sampah yang diinisiasi oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB, PLTU Jeranjang menampilkan produk-produk olahan dari FABA. FABA (Fly Ash Bottom Ash) yang merupakan abu dari sisa pembakaran batu bara.
Manager PLTU Jeranjang, Indarto Joko Prakoso mengatakan, PLTU Jeranjang Bersama PLN wliayah NTB telah melakukan riset bersama PLTU-PLTU yang terdapat di Pulau Lombok untuk memanfaatkan FABA. Hasil dari FABA dapat digunakan untuk tetra pot, paving block, batako, pot bunga, serta kotak sampah. Joko berharap sistem FABA dan hasil produknya dapat menjadi pemantik ekonomi sirkular di kalangan masyarakat.
“Selain itu, kami berharap bahwa sistem FABA dan hasil olahannya dapat memberikan dukungan terhadap UMKM dari PLN Group untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Joko, Minggu, 12 Februari 2023.
Untuk diketahui, PLTU Jeranjang tidak bergerak untuk menjual hasil olahan dari sistem FABA. Hanya saja, PLTU Jeranjang hadir untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan sampah. Bagi masyarakat yang ingin mengambil hasil olahan FABA, Joko menyilakan datang menuju PLTU Jeranjang.
“Silakan bawa mobil pick-up untuk mengangkut hasil olahan FABA. Kami juga akan bantu untuk mengangkat hasil olahan FABA kepada setiap masyarakat yang membutuhkan. Jika masyarakat hendak memanfaatkan FABA, silakan saja baca ketentuan yang berlaku di website kami. Untuk mengakses FABA, tidak mudah dan cukup gampang, kok,” jelas Joko.
Selama ini, FABA diproduksi oleh masyarakat yang bergerak dalam bidang UMKM. Sampai saat ini, PLTU Jeranjang telah bermitra kepada 47 unit UMKM yang terdapat di Pulau Lombok. 47 unit UMKM tersebut pun telah memanfaatkan FABA.
PLTU Jeranjang mulai berdiri sejak tahun 2012. Bagi Joko, PLTU Jeranjang adalah salah satu solusi bagi pemenuhan energi untuk Pulau Lombok. Perlu diketahui, PLTU Jeranjang memasok kebutuhan listrik di Pulau Lombok sebanyak 26 persen. Dengan adanya PLTU Jeranjang, Joko berharap masyarakat makin sejahtera serta iklim investasi di Pulau Lombok makin meningkat.
PLTU Jeranjang telah bekerjasama dengan Tim Pembinaan dari Dinas LHK NTB untuk menginisasi Hutan Tanam Energi. Untuk Hutan Tanam Energi, PLTU Jeranjang masih memanfaatkan area milik PLN yang berada di sekitar PLTU Jeranjang.
Untuk permasalahan dalam bidang lingkungan hidup, Joko berharap PLTU Jeranjang dapat bersinergi dan dapat menjadi bagian dari penjaga kelestarian di bidang di lingkungan hidup.
“Beberapa tahun belakangan, kami ikut bagian dari pelestarian terumbu karang Taman Eco Park di Pantai Pandanan. Selain itu, kami telah melakukan sosialisasi bulanan secara rutin untuk mendidik siswa-siswi SD agar senantiasa menjaga kebersihan serta tidak membuang sampah sembarangan,” tandas Joko.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Julmansyah S.Hut., M.Ap., mengatakan, Gebyar Pilah Sampah adalah edukasi untuk menguatkan pikiran tata kelola soal sampah yang dapat membuat NTB Bebas Emisi pada tahun 2050 makin nyata untuk diraih.
Selain itu, Gebyar Pilah Sampah adalah acara yang melibatkan pengunjung dalam skala yang banyak. Gelaran tersebut hendak memperlihatkan soal betapa beragamnya praktik-praktik pengelolaan sampah yang dapat menjadi strategi menyukseskan NTB Zero Waste.
“Di dalam acara ini, ada 40 pihak yang terlibat, yaitu komunitas, sekolah, dan kelompok yang memiliki strategi tersendiri untuk mengelola sampah di tempatnya masing-masing. Saya melihat bahwa 40 pihak tersebut telah dapat menjadikan sampah sebagai sumber daya utama untuk mencukupi kehidupan,” ungkap Julmansyah.
Julmansyah memilih banyak jenis tata kelola sampah agar masyarakat yang hadir dapat melihat dan meniru aneka jenis pengelolaan sampah yang ada di dalam Gebyar Pilah Sampah. Ia mengharapkan agar spirit mengenai sampah adalah sumber daya dapat ditularkan kepada masyarakat luas.
Disinggung mengenai keterlibatan siswa-siswi di Gebyar Pilah Sampah, Julmansyah menjawab, siswa-siswi yang hadir di dalam Gebyar Pilah Sampah kelak akan menjadi dewasa. Dengan pengetahuan yang benar soal tata kelola sampah, maka siswa-siswi tersebut akan menjadi orang tua yang dapat mengajarkan soal penanganan sampah yang baik di masa depan. Dinas LHK NTB telah mengarahkan agar siswa-siswi di NTB dapat bermitra dengan Bank Sampah yang ada di sekitar sekolahnya.
“Kami mengharapkan agar gerakan pemilahan sampah berbasis sekolah dapat menjadi hal yang baik dan ditiru oleh masyarakat NTB. Dengan melibatkan 3000 siswa-siswi, saya mengharapkan gaung dari Gebyar Pilah Sampah dapat menyebar hingga ke daerah yang paling jauh di NTB, atau daerah-daerah yang belum data mengikuti acara,” pungkas Julmansyah. (GSR)