Daerah NTB

Pegiat Konservasi dan Pariwisata NTB Dilatih Pemetaan Menggunakan Drone

Mataram (NTB Satu) – Maxdrone Tekno berkolaborasi dengan Geopark Rinjani dan Bengkel Drone Jogja menggelar Workshop Conservation Drones atau pemanfaat pesawat tanpa awak (drone) sebagai alat konservasi di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, pada 9 hingga 11 Desember 2022.

Direktur Maxdrone Tekno, Lalu Yazid Sururi menjelaskan, tujuan utama workshop tersebut untuk mendorong penggunaan teknologi informasi sebagai pendukung pembangunan berkelanjutan, lebih spesifik terkait pemanfaatan drone untuk analisa spasial. Hal ini dapat digunakan bagi komunitas atau masyarakat untuk memperjuangkan hak mereka dalam hal pemanfaatan ruang.

“Jadi teman-teman pegiat konservasi dan pokdarwis misalnya, mereka bisa bikin peta wilayah kerja mereka menggunakan drone,” kata lulusan James Cook University itu.

Pemetaan itu bukan sekadar garis-garis di bidang datar atau mengambil dari google maps. Namun di dalam workshop itu, peserta dilatih memanfaatkan teknologi drone secara lebih lanjut dan untuk penggunaan yang lebih luas.

Salah satu pemanfaatan drone itu adalah fotogrametri, atau teknik pemetaan melalui udara. Foto yang dihasilkan dari drone akan diolah menggunakan software untuk menggali lebih banyak informasi.

“Dengan teknik ini, kualitas peta yang dihasilkan lebih bagus. Secara visual juga lebih menarik,’’ terang Yazid.

Pemanfaatan tekonologi drone dalam pemetaan sudah berkembang sangat pesat. Data yang akan dianalisa tergantung dari pemanfaatannya. Misalnya untuk kawasan pesisir, drone bisa digunakan untuk mengukur kesehatan terumbu karang atau kesehatan hutan mangrove. Dalam konteks yang lebih besar, pemetaan dengan drone juga bisa memetakan satu kawasan, mulai dari bukit hingga pantai.

“Pemanfaatannya untuk kebijakan pemanfaatan berbasis kawasan,’’ imbuhnya.

General Manager Geopark Rinjani, Farid Zaini mengatakan, perkembangan teknologi saat ini cukup memudahkan pekerjaan di lapangan. Dia mencontohkan, jika dulu harus turun ke lapangan untuk pemetaan atau pemantauan kondisi lingkungan, sekarang cukup melalui drone yang dioperasikan dari jarak jauh. Biaya yang dikeluarkan lebih sedikit, waktunya lebih cepat, dan menjamin keselamatan.

“Misalnya ada kebakaran di satu kawasan hutan, dengan drone akan cepat diidentifikasi, cepat diketahui luasan dan pola sebarannya. Sehingga penanganannya bisa lebih tepat,’’ tuturnya.

Untuk pegiat konservasi dan pegiat pariwisata, pemanfaatan drone untuk pemetaan ini bisa menjadi bahan mereka untuk merancang program kerja berkelanjutan. Dengan basis data spasial dan visual yang sudah dianalisa, pegiat konservasi dan pariwisata tahu kondisi wilayah kerja mereka.

Mereka bisa merancang kegiatan yang sesuai dengan kondisi itu, bisa membantu pemerintah desa setempat untuk merancang perencanaan pengembangan wilayah.

“Setelah workshop ini, kami harapkan peserta bisa menerapkan ilmu yang diperoleh dan yang terpenting bisa menyebarluaskannya,’’ harap Farid.

Salah seorang peserta, Fatahul Arifin mengatakan, workshop tersebut memberikannya ilmu baru dalam pengoperasian drone. Kini dia tidak hanya mengoperasikan drone untuk kebutuhan dokumentasi, tapi juga bisa membuat perencanaan pemetaan menggunakan drone.

“Nanti bisa kami petakan kawasan kami, apalagi baru-baru ini pernah terjadi longsor,’’ tutur anggota Pokmaswas Pandanan, Lombok Utara tersebut.

Lokasi komunitasnya berada di pesisir pantai Desa Malaka, Kecamatan Pemenang. Komunitas ini mengelola wisata laut, seperti transplantasi terumbu karang dan bersih-bersih pantai.

Arifin mengatakan, daerah Malaka selama ini rentan terjadi banjir dan longsor. Karena itu dia ingin membuat pemetaan kerentanan di daerahnya sehingga bisa mencari upaya pencegahan.

“Karena yang terdampak kami di hilir, waktu banjir kemarin laut jadi tercemar. Ini tentu akan mengganggu terumbu karang,’’ ucapnya.

Workshop itu diakui cukup menarik minat banyak kalangan, mulai dari pegiat pariwisata, mahasiswa hingga akademisi. “Pendaftarnya mencapai 86 orang, tapi karena keterbatasan waktu dan tempat, untuk gelombang pertama ini kami terima 12 orang. Kami berterima kasih kepada BRIDA NTB yang telah mendukung program kami,’’ tutup Yazid. (RZK)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button