Mataram (NTBSatu) – Program “Remaja Teman Sebaya” dilakukan untuk mencegah dan membentengi siswa dari bahaya narkoba, khususnya di lingkungan pendidikan.
Kepala BNN Kota Mataram, Kombespol Ivanto Aritonang, ST., menekankan pentingnya dukungan dari beberapa peran OPD.
“Sinergisitas ini sangat kami harapkan dalam upaya menciptakan SMP di Kota Mataram ini menjadi Sekolah Bersinar (Sekolah Bersih Narkoba),” ungkapnya.
Ivanto juga menyampaikan akan membentuk Satgas Anti Narkoba di setiap sekolah di Kota Mataram.
“Guru dan para siswa bisa langsung terlibat untuk mencegah penyalahgunaan maupun peredaran narkoba di sekolah,” katanya.
Sebagai langkah awal pelaksanaan program, kegiatan ini akan disosialisasikan melalui dialog interaktif remaja yang melibatkan perwakilan siswa dari beberapa SMP/MTs negeri dan swasta di Kota Mataram dalam satu bulan ke depan.
Berita Terkini:
- 16 Sapi Mati di Pelabuhan, Peternak Bima-Dompu Sayangkan Gubernur NTB Lamban Tambah Armada Kapal
- Peringati Hari Kartini 2025, Himasta FMIPA Unram Kolaborasi dengan Rumah Perempuan Migran Ajak Perempuan NTB Berpendidikan Tinggi
- Prediksi Tanggal Rilis iPhone 17, Ini Spesifikasinya
- Polisi Didorong Tuntut Mati “Walid Lombok” Diduga Cabuli-Setubuhi Santriwati
- Biaya Transportasi Berobat Mahal-Pelayanan Kurang, Gubernur NTB Janji Tingkatkan Kualitas Rumah Sakit di Pulau Sumbawa
Program “Remaja Teman Sebaya” diharapkan menjadi pionir dalam menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari narkoba, dengan partisipasi aktif dari seluruh elemen pendidikan.
Peningkatan Kasus Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja menunjukkan peningkatan kasus penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar SMP/MTs di Kota Mataram.
“Berdasarkan data dari BNN Kota Mataram, tidak bisa dijadikan tolok ukur prevalensi penyalahguna se Kota Mataram. Akan tetapi berdasarkan data yang masuk untuk melakukan rehabilitasi, hampir 40 persen,” jelas Sub. Koordinator P2M (Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat) BNN Kota Mataram, Subandriadi.
Ia menambahkan jika berdasarkan usia kurang dari 19 tahun sekitar 5 persen, kemudian usia 19 sampai 25 tahun sekitar 38 persen yang sudah melakukan rehabilitasi. (WIL)