Mataram (NTB Satu) – Penyuluh pertanian di Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB memperkenalkan BIOSAKA untuk meningkatkan produktifitas pertanian dan efisiensi biaya kepada petani di Nusa Tenggara Barat.
BIOSAKA mulai diperkenalkan pada Agustus 2022 ini, dengan mendatangkan langsung penemunya. Ibrahim, SP, Penyuluh Pertanian Ahli Muda di Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB mengemukakan, BIOSAKA merupakan hasil inovasi dan percobaan berulang-ulang selama 10 tahun lebih oleh penemunya, Muhammad Ansar di Blitar.
BIOSAKA diramu dengan diremas secara manual menggunakan tangan. Terdiri dari bahan minimal 5 jenis rumput/daun (jenis rumput apa saja) yang sehat, bersih, dan tentu daunnya harus segar. Hanya dicampur air, tanpa campuran apapun, tidak menggunakan mesin blender.
Komposisinya, 1 genggam rumput/daun campuran 5 jenis rumput/daun diremas dengan dicampur air 5 liter, air remasannya cukup untuk menyemprot 3-4 hektar. Sasarannya tanaman semusim seperti padi, jagung, kedelai, singkong sorgum, ubi, kacang, sayuran buah dan lainnya.
“BIOSAKA ini bukan pupuk, bukan pestisida, tetapi elisitor berperan sebagai sinyal bagi tanaman tumbuh dan berproduksi lebih bagus, hemat pupuk kimia sintetis, meminimalisir hama penyakit, lahan menjadi lebih subur.
“Menurut Prof Robert Manurung ITB, BIOSAKA ini disebut elisitor dari ilmu epigenetic, sudah banyak riset dan jurnal jurnal elisitor,” terang Ibrhaim.
Awalnya, Dinas Pertanian Blitar, penyuluh dan petani tidak mempercayai inovasi BIOSAKA ini. Dianggapnya, BIOSAKA adalah “Air Ponari” atau jampi-jampi dan hanya dicoba – coba oleh beberapa petani. Namun menjadi keheranan, dan dianggap aneh lantaran hasil produksi petani menjadi lebih bagus, dan meningkat.
“Dan Distan Blitar perlu waktu 14 bulan baru percaya setelah melihat sendiri di beberapa lokasi ujicoba. Dan mulai diterapkan 2019. Saat ini dilaksanakan di 13.000 hektar di seluruh Kecamatan di Blitar. Dan sekarang sudah dikaji demplot di Blora, Sragen, Klaten Grobogan, Jatisari dan hasilnya diapresiasi Perguruan Tinggi dan Kementan,” kata Ibrahim bercerita.
Di lokasi ujicoba demplot standingcrop jagung, padi dengan BIOSAKA hasilnya lebih bagus dibanding dengan tanaman yang tidak menggunakan BIOSAKA. Produksi hasil pertanian menjadi lebih tinggi dan hemat 50% pupuk kimia.
Lanjut Ibrahim, hasil ujicoba laboratorium, BIOSAKA mengandung hara makro-mikro rendah. Sehingga disimpulkan, BIOSAKA bukan pupuk, tidak beracun bagi tanaman, banyak kandungan hormon enzim, spora dan bakteri tinggi, mengandung PGPR ZPT yang sangat bagus untuk pertumbuhan tanaman dan produksi.
“Hasil laboratorium pada beras, kandungan amilosa lebih tinggi dan lebih bagus. Saat ini di laboratorium uji LCMS minggu depan sudah selesai untuk melihat bahan kimia di dalam BIOSAKA. Juga sedang uji lab PCR,” imbuh Ibrahim.
Manfaatnya, ramuan biosaka berbiaya nol rupiah, gratis karena buatan sendiri, tidak ada risiko kerugian bagi petani, dan menghemat biaya pupuk kimia 50-90%.
Pada petani normal yang menggunakan pupuk biasanya harus merogoh Rp 3 juta/ hektar/musim. Dengan BIOSAKA, biaya menjadi Rp0,3 – Rp1,5 juta/ hektar/ musim. Meminimalisir atau mengurangi serangan hama penyakit, lahan menjadi subur dan produksi lebih bagus.
“BIOSAKA ini bisa dibuat oleh siapa saja, bisa diaplikasikan oleh petani sendiri. Penggunaannya 20-30 ml atau 1 sampai 2 tutup botol petangki ukuran 14 sampai 15 liter. BIOSAKA ini sedang diperkenalkan dimana-mana karena efektifitasnya menekan biaya dan hasil produksi petani meningkat,” demikian Ibrahim. (ABG)