Mataram (NTBSatu) – Nusa Tenggara Barat memiliki potensi besar dalam industri penyamakan kulit.
Untuk diketahui, industri penyamakan kulit merupakan industri yang mengolah kulit menjadi barang jadi untuk melengkapi kebutuhan manusia sehari-hari. Hasil industri ini berupa makanan olahan dan produk fesyen berupa koper, tas, baju, ikat pinggang maupun sepatu.
Pj Ketua Dekranasda NTB, Lale Prayatni, mengungkapkan, sektor tersebut bernilai bisnis tinggi dengan peluang pangsa ekspor terbuka lebar. Namun, belum mampu dikelola secara maksimal oleh para pelaku usaha di NTB.
“Kita masih sangat bergantung dengan pasokan luar daerah. Tetapi perlahan industri ini mulai dilirik dan kami sudah menjajaki peluang pasar dan kerja sama untuk pelatihan penyamakan kulit. Kita juga menjajaki pembukaan galeri di Malang dan berharap NTB memiliki creative center seperti di Malang, Jawa Timur,” jelasnya usai Pembukaan Womenpeneur Day, Sabtu, 25 Mei 2024.
Pemerintah terus berupaya agar industri penyamakan kulit NTB dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan semakin variatif hingga mampu memenuhi permintaan pasar nasional bahkan hingga mancanegara.
Dirinya melihat peluang seperti kerajinan kulit di Tanggulangin Solo Jateng, dapat menghasilkan produk sepatu murah untuk kebutuhan anak sekolah.
“Kita dorong terus dengan memberikan banyak pelatihan terkait bagaimana mengelola bisnis penyamakan kulit ini kepada para UMKM,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Industri Kreatif, Sandang dan Kerajinan, Dinas Perindustrian Provinsi NTB, Lalu Luthfi mengatakan, penyamakan kulit salah satu menjadi fokus perindustrian di Provinsi NTB.
Berita Terkini:
- Profil Hary Tanoesoedibjo, Bos MNC yang PHK Karyawan
- Setelah Brigadir Nurhadi, Kini Muncul Kematian Janggal Anggota TNI AU Asal NTB
- Promo Gila Digimap, Harga iPhone 13 dan 15 Turun Drastis Hingga Rp5 Juta
- Tuai Banyak Kritikan, Mori Hanafi Pastikan NTB Tetap Jadi Tuan Rumah PON 2028: Kesiapan Venue 80 Persen
- Mau Jadi Pengurus Koperasi Merah Putih? Ini Syarat dan Susunannya
Penyamakan kulit sapi selama ini sudah dilakukan masyarakat. Namun masih secara tradisional. Intervensi pemerintah provinsi dalam program industrialisasi adalah memberikan bantuan peralatan mesin penyamakan yang lebih modern. Sehingga proses penyediaan bahan baku kulit dilakukan lebih cepat.
“Penyamakan kulit tidak terbatas pada industri fesyen saja. Lebih dari itu, harus didukung oleh properti lainya, seperti kerajinan tas kulit, ikat pinggang dari kulit, sepatu kulit, dan beragam aksesoris lainnya yang menggunakan bahan baku dari kulit hewan,” jelasnya.
NTB memiliki bahan baku yang melimpah untuk menunjang produksi pada sektor ini. Namun para pelaku usaha kerajinan kulit di NTB masih mendatangkan bahan baku kulit dari luar daerah untuk menunjang produksinya.
Solusinya, Pemprov telah membentuk industri kecil menengah (IKM) penyedia bahan baku kulit, yang akan memenuhi ketersediaan bahan baku tersebut.
“Agar tidak bergantung dengan pasokan bahan baku kulit dari luar daerah, ada tiga IKM di Kabupaten Bima yang ditunjuk sebagai penyedia bahan baku kulit sapi yang sudah disamak,” tukas Luthfi. (STA)