Opini

RSUD H. Moh Ruslan: Sebuah Penghormatan Mengabadikan Pengabdian bagi Peletak Fondasi Kesehatan Kota Mataram

Oleh: Dr. H. Ahsanul Khalik – Staf H. Moh Ruslan, Mantan Camat Cakranegara

Wacana perubahan nama RSUD Kota Mataram menjadi RSUD H. Moh Ruslan bukan sekadar pergantian nama institusi. Ia adalah bentuk penghormatan dalam mengabadikan pengabdian yang sangat layak atas dedikasi seorang tokoh yang mengabdikan hidupnya demi mewujudkan pelayanan kesehatan yang adil dan merata di Kota Mataram. Sebagai orang yang pernah menjadi staf beliau, penulis menyaksikan langsung bagaimana kegigihan dan kepemimpinan almarhum H. Moh Ruslan dalam memperjuangkan berdirinya rumah sakit ini, bahkan sejak gagasan awal hingga bangunan berdiri kokoh.

H. Moh Ruslan bukan hanya seorang birokrat ulung, tetapi juga seorang pemimpin visioner. Di masa kepemimpinannya sebagai Wali Kota Mataram dua periode (1999–2004 dan 2005–2010), beliau memberikan prioritas besar pada sektor pendidikan dan kesehatan. Ia memahami betul bahwa dua sektor inilah fondasi utama untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan kualitas hidup masyarakat.

Pada saat menjabat, ia tidak hanya mengandalkan keberadaan Rumah Sakit Umum Provinsi NTB maupun rumah sakit swasta yang sudah ada. Beliau merasa Mataram membutuhkan rumah sakit daerahnya sendiri yang dekat, terjangkau, dan mampu menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat kota.

Langkah-langkah strategis itu bukan demi popularitas, melainkan lahir dari kegelisahan dan kepedulian mendalam H. Moh Ruslan terhadap nasib masyarakat. Beliau sadar, membenahi sektor kesehatan berarti membuka pintu bagi kemajuan sektor-sektor lain. Itulah mengapa dalam masa kepemimpinannya, IPM Kota Mataram menjadi yang terbaik di antara kabupaten/kota di NTB.

IKLAN

Alasan mendasar pemberian nama almarhum H. Moh Ruslan menjadi nama RSUD Kota Mataram bisa kita dalami dari beberapa sisi : Pertama, secara filosofis, pemberian nama lembaga publik kepada sosok berjasa mencerminkan nilai luhur bangsa kita: menghormati jasa dan pengorbanan. Dalam ajaran moral dan kebudayaan kita, ada prinsip bahwa nama adalah warisan, bukan sekadar label. Mengabadikan nama H. Moh Ruslan pada rumah sakit daerah bukan hanya bentuk penghormatan, tapi juga upaya menjaga memori kolektif agar generasi mendatang tidak tercerabut dari akar sejarahnya. Sebagaimana kata bijak, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya.” Di tingkat lokal, penghargaan ini diwujudkan dengan cara seperti ini: mengukir nama pada institusi yang lahir dari perjuangannya.

Kedua, dari sisi sosiologis, perubahan nama RSUD Kota Mataram menjadi RSUD H. Moh Ruslan akan memperkuat kohesi sosial masyarakat Mataram. Nama tokoh lokal yang punya rekam jejak kontribusi nyata akan menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap fasilitas publik. Masyarakat tak hanya menjadi pengguna, tapi juga bagian dari sejarah yang dihidupkan dalam pelayanan kesehatan. Ini penting di tengah tantangan masyarakat urban yang mulai kehilangan keterikatan emosional dengan ruang publiknya.

Ketiga, dalam kacamata psikologis, nama memiliki kekuatan membentuk persepsi dan motivasi. Ketika tenaga kesehatan dan pasien melangkah ke sebuah rumah sakit yang menyandang nama seorang tokoh penuh keteladanan, akan tumbuh semangat pelayanan dan pengabdian yang lebih tinggi. Nama H. Moh Ruslan tidak hanya akan dikenang, tetapi menjadi inspirasi, bahwa rumah sakit ini dibangun dengan cita-cita luhur untuk menyehatkan rakyat, bukan semata proyek infrastruktur.

IKLAN

Kita tidak bisa menutup mata pada fakta sejarah, bahwa H. Moh Ruslan lah yang menggagas, memimpin, dan mengawal langsung proses pembangunan RSUD Kota Mataram. Mulai dari pembebasan lahan, desain bangunan, hingga penataan nama-nama ruang VIP yang beliau susun sebagai bentuk penghormatan pada para tokoh pendahulu Kota Mataram. Ia bukan sekadar wali kota, tapi pemimpin yang hidup dan berpikir untuk rakyatnya.

Ketika RSUD Kota mataram kini berkembang menjadi rumah sakit rujukan se-NTB, bukankah sudah saatnya nama pendirinya kembali hadir dalam institusi yang ia lahirkan? Ini bukan untuk membangun kultus individu, tapi meneguhkan bahwa lembaga publik dibangun di atas pengorbanan dan mimpi besar orang-orang yang mendahului kita.

Karenanya, usulan perubahan nama menjadi RSUD H. Moh Ruslan adalah langkah yang bukan hanya logis, tetapi juga etis, historis, dan inspiratif. Ini bukan hanya tentang nama, tapi tentang identitas, penghargaan, dan tanggung jawab generasi masa kini untuk merawat nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendahulu.

Sebagaimana disampaikan oleh Ketua Pansus DPRD Kota Mataram H. Muhammad Zaini, penggantian nama lembaga publik bukan semata urusan seremonial. Ia adalah pengakuan historis yang harus didasari argumentasi kuat dan nilai-nilai keteladanan. Dan dalam hal ini, nama H. Moh Ruslan memenuhi semua kriteria tersebut.

Penggantian nama RSUD Kota Mataram menjadi RSUD H. Moh Ruslan juga merupakan investasi identitas kelembagaan. Nama itu mengandung spirit pengabdian, kerja keras, dan keberpihakan pada rakyat kecil, yang merupakan nilai-nilai yang seharusnya hidup dalam setiap denyut pelayanan rumah sakit ini.

Penulis yang menyaksikan langsung kegigihan almarhum dalam memikirkan masyarakat pada masa kepemimpinannya, percaya bahwa keputusan ini akan menjadi warisan moral dan sejarah yang penting. Bukan hanya untuk menghormati bagaimana mengabadikan pengabdian almarhum, tapi juga untuk memberi inspirasi kepada generasi selanjutnya, bahwa membangun kota bukan hanya soal infrastruktur, tetapi tentang niat tulus memperbaiki kehidupan masyarakat.

Karenanya, tidak ada alasan untuk menolak. Justru ada alasan kuat untuk meyakini: RSUD H. Moh Ruslan adalah nama yang paling tepat untuk rumah sakit kebanggaan warga Kota Mataram. (*)

Berita Terkait

Back to top button